H. Akbar
Ketua BaZIS Ciomas
Memasuki awal tahun 2012 ekonomi Islam di Indonesia kembali
menunjukkan pertumbuhan yang signifikan di tengah terpaan krisis dan
perlambatan ekonomi dunia yang terjadi di Amerika dan Eropa, dengan
pencapaian yang luar biasa oleh sistem keuangan Islam di Indonesia baik
lembaga perbankan syariah maupun industri keuangan Islam lainnya seperti
takaful, pasar modal, zakat, wakaf dan institusi keuangan mikro syariah
akan memudahkan proses sosialisasi dan kepercayaan masyarakat
terhadap ekonomi Islam khususnya perbankan syariah atau Islam.
Pesona Ekonomi Islam
Berdasarkan
data perbankan syariah Indonesia pertumbuhan perbankan konvensional
jauh ketinggalan oleh bank syariah dimana bank syariah mengalami
pertumbuhan sekitar 40 persen per tahun dalam sepuluh tahun terakhir
sementara perbankan konvensional hanya 20 persen. Dari data yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia bulan Oktober 2011, total asset
perbankan syariah mencapai Rp 125, 5 triliun, mengalami peningkatan
sebesar Rp 97, 5 triliun dari tahun 2010 dan mencapai pasar sekitar 4
persen dari total kue industri perbankan nasional. Pertumbuhan perbankan
syariah tahun ini adalah yang tertinggi sejak tahun 2005.
Sementara
dari segi tingkat pengumpulan dana pihak ketiga dan pembiayaan ke
masyarakat masing–masing mencapai Rp 97, 8 triliun dan Rp 92, 8 triliun
dengan tingkat financing to deposit rasio (FDR) berada pada kisaran 95, 7
persen dan dari faktor kinerja perbankan syariah pada akhir September
2011, BOPO (Biaya Operasi Pendapatan Operasional), ROA (Return on Asset)
dan NPF (Non Performancing Financing) masing–masing berada pada 77.5
persen, 1.8 persen dan 2.0 persen.
Sementara berdasarkan dengan
jumlah bank syariah di Indonesia jumlahnya tidak mengalami penambahan
yang signifikan dari tahun 2010 ke 2011 dimana jumlahnya 11 Bank Umum
Syariah (BUS) dan 23 Unit Usaha Syariah (UUS) namun untuk jumlah Badan
Perkrediatan Rakyat Syariah (BPRS) mencapai 153 yang mengalami
penambahan 3 BPRS dari tahun 2011, dan dari jangkauan perluasan kantor
agak signifikan untuk BUS, UUS, dan BPRS berada pada kisaran
masing-masing 1.354, 301 dan 362, dimana secara geografis sebaran
jaringan kantor perbankan syariah juga telah menjangkau masyarakat di
lebih 89 kabupaten/kota di 33 provinsi.
Proyeksi dan Harapan
Dengan
geliat perkembangan ekonomi syariah yang memukau, berdasarkan
perhitungan yang dilakukan oleh peneliti Bank Indonesia oleh Rifki
Ismal, Ascarya dan Ali Sakti (2012) memperkirakan secara moderat
perbankan syariah nasional akan tumbuh 36 persen pada tahun 2012 namun
apabila terjadi gesekan krisis global yang keras terhadap perekonomian
Indonesia atas bangkrutnya negara Eropa dan Amerika maka secara pesimis
pertumbuhan perbankan nasional diperkirakan 29 persen akan tetapi
apabila terjadi kondisi yang lebih optimistik terhadap infrastruktur
perbankan syariah seperti bertambahnya bank syariah dan unit usaha
syariah dan ekonomi nasional yang meningkat maka diperkirakan oleh hasil
proyeksi tahun 2012 perbankan syariah akan tumbuh sebesar 45 persen.
Pengamat
ekonomi Islam dan pengurus pusat Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Ali
Rama (2012) yang menyelesaikan studinya di Malaysia merekomendasikan
kepada para praktisi perbankan syariah agar membuat segmentasi pasar
dengan fokus pada branding tertentu dalam menguasai pasar misalnya BSM
fokus menggarap pasar konsumer ritel, BRI Syariah fokus pada UMKM, BMI
dan BNI Syariah pada pembiayaan korporasi, kondisi ini akan jauh efektif
dalam mengembangkan pertumbuhan ekonomi riil dan meningkatkan asset
perbankan syariah. Menurut Ali Rama sudah saatnya pelaku perbankan
syariah melirik dan bermain dalam mega proyek infrastruktur dengan
meningkatkan dan mengembangkan produk dan layanan pada jasa industri
misalnya dengan bekerja sama pemerintah lewat proyek Master plan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang
menguasai enam koridor ekonomi nasional.
Perkembangan yang pesat
perbankan syariah dengan jumlah asset pertumbuhan yang makin meningkat
dan melebihi perkembangan perbankan konvensional dan tidak akan menutup
kemungkinan posisi perbankan konvensional akan digeser oleh bank
syariah sebagai pemain utama perbankan nasional seperti yang terjadi di
Malaysia namun di sisi lain muncul kegelisahan dan harapan agar manfaat
ekonomi Islam lebih dirasakan oleh masyarakat kecil seperti pelaku usaha
mikro-kecil dan masyarakat miskin karena manfaatnya masih terbatas oleh
kalangan tertentu bahkan tidak menutup kemungkinan dirasakan pemilik
modal bank syariah yang berada di luar negeri yang menjadi pemilik
(pemegang saham), sehingga perlu ada perhatian oleh semua pihak baik
pemerintah lewat regulasinya, akademisi dan praktisi untuk duduk bersama
memikirkan agar masyarakat yang selama ini belum terjangkau dapat ikut
merasakan manfaat perbankan syariah.
Kerapuhan Kapitalisme
Krisis
keuangan yang terjadi di Amerika dan kawasan Eropa mengindikasikan akan
kegagalan ekonomi kapitalisme sampai mengakibatkan kampanye anti
kapitalisme di Amerika dan Eropa sebagai bentuk rasa kecewa dan frustasi
terhadap praktek kapitalisme yang mengakibatkan makin tingginya
kesenjangan antara si miskin dan si kaya di Amerika dan Eropa, di
Amerika gerakan anti kapitalisme menamakan dirinya dengan gerakan Occupy
Wall Street yang menuntut untuk menutup wall street yang menjadi otak
atas kekacauan ekonomi global dan keuangan saat ini dan penolakan
terhadap kerakusan sistem perbankan konvensional dan perusahaan
multinasional yang mengambil keuntungan yang dibantu oleh program
liberalisasi atas nama demokrasi di seluruh penjuru dunia.
Fakta
dari krisis keuangan Amerika dan Eropa menunjukkan kepada kita bahwa
sistem kapitalisme gagal menyelesaikan permasalahan ekonomi dan
kesenjangan sosial di negara-negara yang menganutnya, justru kapitalisme
adalah aktor dibalik setiap kemiskinan dan sumber utang yang
mengakibatkan bangkrutnya negara seperti yang terjadi di Yunani dan
menyusul negara Eropa lainnya seperti Portugal, Irlandia, Inggris, dan
Spanyol yang rasio utangnya sudah di ambang 100 persen.
Namun, di
sisi lain dampak krisis keuangan global terhadap ekonomi dalam negeri
tidak terlalu kritis karena perekonomian dalam negeri lebih dikuasai
oleh industri riil atau usaha kecil menengah (UKM) yang mengcover
ekonomi dalam negeri sampai angka 60 persen, yang menjadi kegelisahan
bisa terjadi pada sektor perbankan konvensional masih belum tahan
terhadap krisis keuangan karena masih menggunakan sistem bunga dan
turunan kapitalisme lewat fiat money (uang kertas) yang
mengembangbiakkan uang lewat sistem moneter yang sangat rapuh terhadap
krisis dan merugikan ekonomi sektor riil, sementara perbankan syariah
sudah menjauhi sistem tersebut sehingga mampu bertahan dari terpaan
krisis.
Dari rentetan krisis ekonomi dan kemiskinan yang
diakibatkan oleh kapitalisme maka ekonomi Islam sebagai solusi, walaupun
dengan segala kelemahannya sebagai sistem ekonomi yang masih baru
sehingga di sebagian masyarakat masih belum bisa menerima secara luas
ekonomi Islam. Oleh karena itu diperlukan kajian dan penelitian untuk
mengembangkan ekonomi Islam melalui perbankan syariah dan lembaga
keuangan syariah lainnya agar dapat diterapkan secara menyeluruh oleh
masyarakat sebagaimana yang pernah diterapkan pada era pertama
kebangkitan ekonomi Islam. Ekonomi Islam tidak sekadar alternatif tetapi
perlahan namun pasti menjelma menjadi pilihan utama sistem ekonomi
bangsa pada masa mendatang. Kita semakin yakin nilai-nilai syariah pasti
memberikan kemaslahatan bagi kehidupan berbangsa kita. Wallahu ‘alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar