H. Akbar
Ketua BaZIS Ciomas
Untuk
mengembalikan kita pada pola interaksi yang benar terhadap al-Quran,
sehingga al-Quran kembali menjadi sumber kekuatan kita untuk membangun
peradaban (iman dan islam), kiat-kiat berikut ini sangat perlu
diwujudkan.
Pertama: Tilawah wa Tartil (selalu membaca dengan benar)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan secara lebih serius antara lain
• Dengan membaca al-Quran secara berkesinambungan akan menambah iman kepada Allah SWT
\"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman [sempurna ] ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.\" (QS. Al Anfal (8) : 2).
• Mendatangkan petunjuk, menjadi obat berbagai penyakit di dalam dada, serta rahmat dan nasihat
\"Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.\" (QS. Yunus (10) : 57).
• Suka membaca indikator mutu keimanan seseorang
\"Orang-orang
yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan
bacaan yang sebenarnya[tidak merubah dan mentakwilkan sesuka hatinya],
mereka itu beriman kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar kepadanya,
Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.\" (QS. Al Baqarah (2) : 121).
• Membaca secara tekun menambah kebaikan yang banyak, baik dalam keadaan miskin ataupun kaya
\"Dan
Ini (Al-Quran) adalah Kitab yang telah kami turunkan yang diberkahi;
membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu
memberi peringatan kepada (penduduk) ummul Qura (Mekah) dan orang-orang
yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya
kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Quran) dan mereka selalu
memelihara sembahyangnya.\" (QS. Al Anam (6) : 92)
•
Membaca secara tartil akan mendatangkan perkataan yang berbobot,
melepaskan manusia dari belenggu kesesatan, mencerahkan pikiran dan hati
yang kalut serta merasakan kegembiraan dalam mengelola pasang surut
(fluktuasi) kehidupan.
\"Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.\" (QS. Al Muzzammil (73) : 5).
• Membaca secara berkelompok akan mendatangkan ketenangan dan rahmat serta syafaat pada hari kiamat (HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua: Tadabbur (merenungkan isinya)
• Mentadabburi Al-Quran bisa membuka hati untuk menerima petunjuk Allah SWT dan memperoleh pelajaran yang sangat berharga
\"Ini
adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai fikiran.\" (QS.Shad (38) : 29).
• Yang membaca Al-Quran tanpa dibarengi dengan tadabbur (merenungkan kandungannya) akan mendatangkan bencana
Ketiga: Hifz (menghafalkan)
•
Al-Quran mudah dihafalkan sekalipun yang melakukannya bukan orang Arab
(‘ajam), karena kata-katanya, huruf-hurufnya, susunan kalimatnya, uslub
(gaya bahasanya) sesuai dengan fithrah manusia.
\"Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?.\" (QS. Al Qamar (54) : 17, 22, 23, 40).
• Biasanya, sulit menghafalkan Al-Quran karena banyak melakukan dosa
Imam
Syafii mengadu kepada guruku Waki’, atas kejelekan hafalan al-Qurannya.
\"Maka ia membimbingku agar meninggalkan masiat. Karena ilmu itu
cahaya, cahaya Allah tiada akan diberikan kepada yang berdosa, \" ujar
Imam Syafii.
• Penghafal Al-Quran terhindar dari kepikunan, setelah meninggal jasadnya diharamkan oleh Allah SWT untuk dilukai bumi
• Hafalan Al-Quran akan mengembangkan saraf otak (penelitian di Universitas Munich, Jerman).
Keempat: Ta’lim (mengajarkannya kepada orang lain)
• Generasi yang dekat dengan Allah SWT adalah yang tidak berhenti belajar dan mengajarkan Al-Quran (QS. Ali Imran 3) : 79 )
\"Hendaklah
kamu menjadi orang-orang rabbani[sempurna ilmu dan takwanya kepada
Allah SWT], karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu
tetap mempelajarinya.\"
Kelima: Istima’ (selalu mendengarkannya secara berkesinambungan)
• Yang senang mendengarkan Al-Quran adalah manusia pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala
\"Dan
apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al-Quran kepada mereka, mereka
berkata: \"Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?\" katakanlah:
\"sesungguhnya aku Hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku
kepadaku. Al-Quran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu,
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.\" (QS. Al Araf (7) : 203).
Allah
SWT memberi satu mulut dan dua telinga adalah untuk mendidik manusia
supaya sedikit bicara (hemat kata) dan banyak mendengar (perkataan ahli
hikmah). Kualitas kepemimpinan seseorang diukur tidak dari banyaknya
meriwayatkan (katsratur riwayah), tetapi banyak melayani yang dipimpin dan mendengarkan aspirasinya (katsratur ri’ayah wal istima’).
Orang yang tidak senang mendengarkan Al-Quran cenderung menutup diri,
sehingga dijauhkan dari petunjuk, sebagaimana umat Nabi Nuh as.
Mudah-mudahan,kita bukan dari bagian itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar