ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH - SELAMAT DATANG DI SITUS BaZIS KECAMATAN CIOMAS - MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI DAN SILATURAHMI BaZIS CIOMAS DENGAN MASYARAKAT

Rabu, 23 November 2011

Sudah Terujikah Iman Kita

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛
فَإِنْ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
 
 
Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!
 
Pada kesempatan Jum’at ini, marilah kita merenungkan salah satu firman Allah dalam surat Al-‘Ankabut ayat 2 dan 3:
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu konsekuensi pernyataan iman kita, adalah kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah Subhannahu wa Ta'ala kepada kita, untuk membuktikan sejauh mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman, apakah iman kita itu betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekedar ikut-ikutan serta tidak tahu arah dan tujuan, atau pernyataan iman kita didorong oleh kepentingan sesaat, ingin mendapatkan kemenangan dan tidak mau menghadapi kesulitan seperti yang digambarkan Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam surat Al-Ankabut ayat 10:
Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguh-nya kami adalah besertamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia”?
 
Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!
Bila kita sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan manisnya buah iman yang kita miliki yaitu Surga sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah Surga Firdaus menjadi tempat tinggal. (Al-Kahfi 107).
Maka marilah kita bersiap-siap untuk menghadapi ujian berat yang akan diberikan Allah kepada kita, dan bersabarlah kala ujian itu datang kepada kita. Allah memberikan sindiran kepada kita, yang ingin masuk Surga tanpa melewati ujian yang berat. 
Apakah kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan keseng-saraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama-nya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguh-nya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah 214).
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang dulu dalam perjuangan mereka mempertahankan iman mereka, sebagaimana dituturkan kepada shahabat Khabbab Ibnul Arats Radhiallaahu anhu.
 
لَقَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الْحَدِيْدِ مَا دُوْنَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ وَيُوْضَعُ الْمِنْشَارُ عَلَى مِفْرَقِ رَأْسِهِ فَيَشُقُّ بِاثْنَيْنِ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ. (رواه البخاري)
 
 ... Sungguh telah terjadi kepada orang-orang sebelum kalian, ada yang di sisir dengan sisir besi (sehingga) terkelupas daging dari tulang-tulangnya, akan tetapi itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada pula yang diletakkan di atas kepalanya gergaji sampai terbelah dua, namun itu tidak memalingkannya dari agamanya... (HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, cet. Dar Ar-Royyan, Juz 7 hal. 202).
Cobalah kita renungkan, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita? cobaan apa yang telah kita alami dalam mempertahankan iman kita? Apa yang telah kita korbankan untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita? Bila kita memper-hatikan perjuangan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam dan orang-orang terdahulu dalam mempertahankan iman mereka, dan betapa pengorbanan mereka dalam memperjuangkan iman mereka, mereka rela mengorbankan harta mereka, tenaga mereka, pikiran mereka, bahkan nyawapun mereka korbankan untuk itu. Rasanya iman kita ini belum seberapanya atau bahkan tidak ada artinya bila dibandingkan dengan iman mereka. Apakah kita tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah sementara pengorbanan kita sedikit pun belum ada?
 
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah!
Ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah berbeda-beda.
Dan ujian dari Allah bermacam-macam bentuknya, setidak-nya ada empat macam ujian yang telah dialami oleh para pendahulu kita:
 
Yang pertama: Ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan, seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam untuk menyembelih putranya yang sangat ia cintai. Ini adalah satu perintah yang betul-betul berat dan mungkin tidak masuk akal, bagaimana seorang bapak harus menyembelih anaknya yang sangat dicintai, padahal anaknya itu tidak melakukan kesalahan apapun. Sungguh ini ujian yang sangat berat sehingga Allah sendiri mengatakan:
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Ash-Shaffat 106).
Dan di sini kita melihat bagaimana kualitas iman Nabi Ibrahim Alaihissalam yang benar-benar sudah tahan uji, sehingga dengan segala ketabahan dan kesabarannya perintah yang sangat berat itupun dijalankan.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim Shallallaahu alaihi wa salam dan puteranya adalah pelajaran yang sangat berat itupun dijalankannya.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita, dan sangat perlu kita tauladani, karena sebagaimana kita rasakan dalam kehidupan kita, banyak sekali perintah Allah yang dianggap berat bagi kita, dan dengan berbagai alasan kita berusaha untuk tidak melaksanakannya. Sebagai contoh, Allah telah memerintahkan kepada para wanita Muslimah untuk mengenakan jilbab (pakaian yang menutup seluruh aurat) secara tegas untuk membedakan antara wanita Muslimah dan wanita musyrikah sebagaimana firmanNya:
Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mumin” “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab, 59).
Namun kita lihat sekarang masih banyak wanita Muslimah di Indonesia khususnya tidak mau memakai jilbab dengan berbagai alasan, ada yang menganggap kampungan, tidak modis, atau beranggapan bahwa jilbab adalah bagian dari budaya bangsa Arab. Ini pertanda bahwa iman mereka belum lulus ujian. Padahal Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam memberikan ancaman kepada para wanita yang tidak mau memakai jilbab dalam sabdanya:
 
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا. (رواه مسلم).
 
“Dua golongan dari ahli Neraka yang belum aku lihat, satu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, yang dengan cambuk itu mereka memukul manusia, dan wanita yang memakai baju tetapi telanjang berlenggak-lenggok menarik perhatian, kepala-kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wanginya”. (HR. Muslim, Shahih Muslim dengan Syarh An-Nawawi cet. Dar Ar-Rayyan, juz 14 hal. 109-110).
Yang kedua: Ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan seperti halnya yang terjadi pada Nabi Yusuf Alaihissalam yang diuji dengan seorang perempuan cantik, istri seorang pembesar di Mesir yang mengajaknya berzina, dan kesempatan itu sudah sangat terbuka, ketika keduanya sudah tinggal berdua di rumah dan si perempuan itu telah mengunci seluruh pintu rumah. Namun Nabi Yusuf Alaihissalam membuktikan kualitas imannya, ia berhasil meloloskan diri dari godaan perempuan itu, padahal sebagaimana pemuda umumnya ia mempunyai hasrat kepada wanita. Ini artinya ia telah lulus dari ujian atas imannya.
Sikap Nabi Yusuf Alaihissalam ini perlu kita ikuti, terutama oleh para pemuda Muslim di zaman sekarang, di saat pintu-pintu kemaksiatan terbuka lebar, pelacuran merebak di mana-mana, minuman keras dan obat-obat terlarang sudah merambah berbagai lapisan masyarakat, sampai-sampai anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar pun sudah ada yang kecanduan. Perzinahan sudah seakan menjadi barang biasa bagi para pemuda, sehingga tak heran bila menurut sebuah penelitian, bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya enam dari sepuluh remaja putri sudah tidak perawan lagi. Di antara akibatnya setiap tahun sekitar dua juta bayi dibunuh dengan cara aborsi, atau dibunuh beberapa saat setelah si bayi lahir. Keadaan seperti itu diperparah dengan semakin banyaknya media cetak yang berlomba-lomba memamerkan aurat wanita, juga media elektronik dengan acara-acara yang sengaja dirancang untuk membangkitkan gairah seksual para remaja. Pada saat seperti inilah sikap Nabi Yusuf Alaihissalam perlu ditanamkan dalam dada para pemuda Muslim. Para pemuda Muslim harus selalu siap siaga menghadapi godaan demi godaan yang akan menjerumuskan dirinya ke jurang kemaksiatan. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam telah menjanjikan kepada siapa saja yang menolak ajakan untuk berbuat maksiat, ia akan diberi perlindungan di hari Kiamat nanti sebagaimana sabdanya:
 
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ ... وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ... (متفق عليه).
 
“Tujuh (orang yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari tidak ada perlindungan selain perlindunganNya, .. dan seorang laki-laki yang diajak oleh seorang perempuan terhormat dan cantik, lalu ia berkata aku takut kepada Allah…” (HR. Al-Bukhari Muslim, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari cet. Daar Ar-Rayyan, juz 3 hal. 344 dan Shahih Muslim dengan Syarh An-Nawawi cet. Dar Ar-Rayaan, juz 7 hal. 120-121).
Yang ketiga: Ujian yang berbentuk musibah seperti terkena penyakit, ditinggalkan orang yang dicintai dan sebagainya. Sebagai contoh, Nabi Ayyub Alaihissalam yang diuji oleh Allah dengan penyakit yang sangat buruk sehingga tidak ada sebesar lubang jarum pun dalam badannya yang selamat dari penyakit itu selain hatinya, seluruh hartanya telah habis tidak tersisa sedikitpun untuk biaya pengobatan penyakitnya dan untuk nafkah dirinya, seluruh kerabatnya meninggalkannya, tinggal ia dan isterinya yang setia menemaninya dan mencarikan nafkah untuknya. Musibah ini berjalan selama delapan belas tahun, sampai pada saat yang sangat sulit sekali baginya ia memelas sambil berdo’a kepada Allah:
Dan ingatlah akan hamba Kami Ayuub ketika ia menyeru Tuhan-nya;” Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan”. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 51).
Dan ketika itu Allah memerintahkan Nabi Ayyub Alaihissalam untuk menghantamkan kakinya ke tanah, kemudian keluarlah mata air dan Allah menyuruhnya untuk meminum dari air itu, maka hilanglah seluruh penyakit yang ada di bagian dalam dan luar tubuhnya. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 52). Begitulah ujian Allah kepada NabiNya, masa delapan belas tahun ditinggalkan oleh sanak saudara merupakan perjalanan hidup yang sangat berat, namun di sini Nabi Ayub Alaihissalam membuktikan ketangguhan imannya, tidak sedikitpun ia merasa menderita dan tidak terbetik pada dirinya untuk menanggalkan imannya. Iman seperti ini jelas tidak dimiliki oleh banyak saudara kita yang tega menjual iman dan menukar aqidahnya dengan sekantong beras dan sebungkus sarimi, karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup yang mungkin tidak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Nabi Ayyub Alaihissalam ini.
 
Sidang jamaah rahima kumullah
Yang keempat: Ujian lewat tangan orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak menyenangi Islam. Apa yang dialami oleh Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa salam dan para sahabatnya terutama ketika masih berada di Mekkah kiranya cukup menjadi pelajaran bagi kita, betapa keimanan itu diuji dengan berbagai cobaan berat yang menuntut pengorbanan harta benda bahkan nyawa. Di antaranya apa yang dialami oleh Rasulullah n di akhir tahun ketujuh kenabian, ketika orang-orang Quraisy bersepakat untuk memutuskan hubungan apapun dengan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam beserta Bani Abdul Muththolib dan Bani Hasyim yang melindunginya, kecuali jika kedua suku itu bersedia menyerahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam untuk dibunuh. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam bersama orang-orang yang membelanya terkurung selama tiga tahun, mereka mengalami kelaparan dan penderitaan yang hebat. (DR. Akram Dhiya Al-‘Umari, As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 182).
Juga apa yang dialami oleh para shahabat tidak kalah beratnya, seperti apa yang dialami oleh Yasir z dan istrinya Sumayyah dua orang pertama yang meninggal di jalan dakwah selama periode Mekkah. Juga Bilal Ibnu Rabah Radhiallaahu anhu yang dipaksa memakai baju besi kemudian dijemur di padang pasir di bawah sengatan matahari, kemudian diarak oleh anak-anak kecil mengelilingi kota Mekkah dan Bilal Radhiallaahu anhu hanya mengucapkan “Ahad, Ahad” (DR. Akram Dhiya Al-Umari, As-Siroh An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 154-155).
Dan masih banyak kisah-kisah lain yang menunjukkan betapa pengorbanan dan penderitaan mereka dalam perjuangan mempertahankan iman mereka. Namun penderitaan itu tidak sedikit pun mengendorkan semangat Rasulullah dan para shahabatnya untuk terus berdakwah dan menyebarkan Islam.
Musibah yang dialami oleh saudara-saudara kita umat Islam di berbagai tempat sekarang akibat kedengkian orang-orang kafir, adalah ujian dari Allah kepada umat Islam di sana, sekaligus sebagai pelajaran berharga bagi umat Islam di daerah-daerah lain. Umat Islam di Indonesia khususnya sedang diuji sejauh mana ketahanan iman mereka menghadapi serangan orang-orang yang membenci Islam dan kaum Muslimin. Sungguh menyakitkan memang di satu negeri yang mayoritas penduduknya Muslim terjadi pembantaian terhadap kaum Muslimin, sekian ribu nyawa telah melayang, bukan karena mereka memberontak pemerintah atau menyerang pemeluk agama lain, tapi hanya karena mereka mengatakan: ( Laa ilaaha illallaahu ) لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, tidak jauh berbeda dengan apa yang dikisahkan Allah dalam surat Al-Buruj ayat 4 sampai 8:
“Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang Mukmin itu melainkan karena orang-orang Mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”.
Peristiwa seperti inipun mungkin akan terulang kembali selama dunia ini masih tegak, selama pertarungan haq dan bathil belum berakhir, sampai pada saat yang telah ditentukan oleh Allah.
Kita berdo’a mudah-mudahan saudara-saudara kita yang gugur dalam mempertahankan aqidah dan iman mereka, dicatat sebagai para syuhada di sisi Allah. Amin. Dan semoga umat Islam yang berada di daerah lain, bisa mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa, sehingga mereka tidak lengah menghadapi orang-orang kafir dan selalu berpegang teguh kepada ajaran Allah serta selalu siap sedia untuk berkorban dalam mempertahankan dan meninggikannya, karena dengan demikianlah pertolongan Allah akan datang kepada kita, firman Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad: 7).
 
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
 
 
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.
 
Hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!
Sebagai orang-orang yang telah menyatakan iman, kita harus mempersiapkan diri untuk menerima ujian dari Allah, serta kita harus yaqin bahwa ujian dari Allah itu adalah satu tanda kecintaan Allah kepada kita, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam :
 
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ. (رواه الترمذي، وقال هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه).   
Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan (ujian), Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai satu kaum Ia akan menguji mereka, maka barangsiapa ridha baginyalah keridhaan Allah, dan barangsiapa marah baginyalah kemarahan Allah”. (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata hadits ini hasan gharib dari sanad ini, Sunan At-Timidzy cet. Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, juz 4 hal. 519).
Mudah-mudahan kita semua diberikan ketabahan dan kesabaran oleh Allah dalam menghadapi ujian yang akan diberikan olehNya kepada kita.  Amin.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ.
اَللَّهُمَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلاَ يَرْحَمُنَا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Mentradisikan Doa Untuk Saudara

H. Akbar
Ketua BaZIS Ciomas

“Ada empat doa yang tidak tertolak, yaitu doa orang yang berhaji hingga ia kembali, doa orang yang berjihad hingga selesai, doa orang yang sakit hingga sembuh, dan doanya seseorang terhadap saudaranya tanpa sepengetahuannya. Adapun doa yang paling cepat diterima di antara doa-doa tersebut adalah doa seseorang kepada saudaranya tanpa sepengetahuannya.” (Riwayat Ad-Dailami dari Ibnu Abbas)
Pada dasarnya semua doa tidak ada yang tertolak, kecuali doanya orang yang ragu, yang tidak sungguh-sungguh, dan sombong. Allah Subhanahu wa Ta’ala tentu tidak mengabulkan doa mereka karena mereka sendiri tidak percaya, setengah hati, bahkan masih membanggakan diri.
Ada empat alternatif bagi setiap doa. Pertama, doa itu dikabulkan Allah pada saat itu juga. Misalnya, banyak orang sakit yang meminta kesembuhan lalu Allah sembuhkan beberapa saat kemudian.
Kedua, doanya diterima tapi ditangguhkan menunggu saat yang tepat. Boleh jadi seseorang yang berdoa sangat menginginkan agar doanya segera terkabul, tapi menurut Allah justru jika dikabulkan sekarang kurang baik akibatnya. Karena itu, seorang mukmin tetap harus yakin bahwa doanya pasti diterima, adapun mengenai waktunya, serahkan sepenuhnya kepada Allah.
Ketiga, doanya diterima tapi digantikan dengan yang lebih baik. Manusia boleh menyangka bahwa doanya itu sudah benar, baik bagi dirinya, agamanya, maupun untuk lingkungannya. Tapi, yang paling tahu akibatnya adalah Allah. Dialah yang mengetahui yang nyata dan yang gaib, yang paling tahu sekarang dan nanti. Boleh jadi jika doa kita dikabulkan apa adanya justru berakibat buruk bagi kita, berakibat tidak baik bagi agama, dan bagi lingkungan. Terhadap doa seperti ini, Allah sering menggantikannya dengan yang lebih baik.
Keempat, doa tersebut benar-benar ditangguhkan sampai hari akhirat. Sebagai seorang mukmin kita hanya bisa berserah diri kepada Allah dengan berdoa dan berikhtiar, selebihnya Dialah yang menentukan. Jika doa kita tidak dikabulkan di dunia, percayalah bahwa doa itu menjadi investasi kita di akhirat. Justru kita khawatir jika bagian kita diberikan semua di dunia, lalu untuk akhiratnya kita tidak memiliki bekal apa-apa. Na’udzu billah.
Banyak penjelasan dalam Hadits Nabi yang merujuk doa yang mustajabah, sebagaimana dicantumkan di atas. Yang perlu dicatat bahwa di antara empat doa yang mustajabah tersebut ada yang paling cepat diterima, yaitu doanya seorang kepada saudaranya tanpa sepengetahuannya.
Di sekeliling kita banyak saudara kita yang sering menyakiti hati kita, baik melalui sikap maupun pernyataannya. Lalu apa tindakan kita? Membalas dengan mencacinya? Adalah kesempatan bagi kita jika berada dalam situasi seperti itu untuk memaafkan dan mendoakan kebaikannya. Bisa jadi melalui doa kita mereka mendapat hidayah, lalu menjadi berperilaku baik. Bukankah yang demikian itu ladang amal kebaikan bagi kita?
Ada pula teman baik kita yang senantiasa memotivasi, dan membantu setiap kesulitan kita. Mereka juga memerlukan doa-doa kita. Tanpa sepengetahuannya, kita sebut namanya, lalu kita doakan untuk kebaikannya. Bukankah doa seperti ini dikabulkan dan paling cepat diterima Allah?
Banyak pula teman kita yang sedang mengalami kesulitan, mendapatkan musibah dan ujian hidup. Kepada mereka, tanpa sepengetahuannya kita mendoakannya agar dijauhkan dari musibah, dihindarkan dari ujian yang memberatkannya, dan diberi keselamatan, kesehatan, dan kesuksesan dalam hidupnya.

Senin, 21 November 2011

Tekan Angka Kemiskinan dengan Memberdayakan Potensi Alam dan Zakat!

Rantai kehidupan dapat berjalan dengan harmonis, jika ekosistem makhluk hidup terjaga. Olehnya itu, potensi alam tercipta untuk diberdayakan, dan manusia sebagai khalifah (pengemban amanah) difasilitasi kecerdasan dan kemampuan oleh Sang Maha Pencipta untuk mengelola sumber daya tersebut. Hukum seperti ini telah disuarakan Islam dalam pelbagai asas mendasar sebagaimana berikut:
a. Sumber daya alam
Islam membuka pintu selebar-lebarnya kepada mereka yang ingin memberdayakan potensi alam. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi, dan Kami adakan bagimu di muka bumi sumber penghidupan. Amat sedikit dari kalian yang bersyukur.” (QS. al-A’raf [7]: 10)
Dan firman-Nya juga:
Dan Kami telah menghamparkan bumi, menjadikan di atasnya gunung-gunung, dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu dengan penuh keseimbangan. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan Kami menciptakan pula makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.” (QS. al-Hijr [15]: 19-20)
Segala ketergantungan hidup manusia ada di atas dan di perut bumi. Tentunya, pemberdayaan sumber tersebut memerlukan pengetahuan alam yang cukup. Pihak pengelola bukan hanya dibekali ilmu tambang, manajemen dan bisnis. Akan tetapi, mereka juga harus tahu tabiat alam itu sendiri, dan tujuan penciptaannya.
Komunitas tumbuhan yang ada di hutan belantara sana tercipta untuk menjaga atmosfir dari polusi udara. Mereka menghirup udara kotor, membuat zat makanan lewat sel-sel (kloroflas daun) dengan bantuan energi matahari (fotosintesis), serta mengganti oksigen, hasil fotosintesis, yang telah dihirup manusia tiap detiknya dengan oksigen baru. Dan pastinya, mekanisme kerja seperti ini bukti nyata bahwa mereka tercipta untuk menyatakan kebesaran dan kehebatan kekuatan Allah SWT.
Olehnya itu, tidak berupaya melestarikan hutan setelah digunduli merupakan kezhaliman tersendiri terhadap komunitas mereka. Bukankah mereka tercipta untuk menjadi penyampai isyarat-isyarat ketuhanan, petunjuk keindahan dan keagungan zat ilahi?
Di samping itu, Setiap makhluk beribadah kepada Allah SWT sesuai dengan fitrah mereka masing-masing. Daun mereka mengatup dan terbuka, dahan-dahan bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti sinar matahari, sel-sel daun (kloroflas) terbuka lebar setiap kali angin datang membawa zat-zat makanan, mengeluarkan suara sesuai dengan volume angin yang menggerakkannya, dan memberi teduh kepada mereka yang berlindung dari terik sinar matahari, menyuguhkan buah kepada mereka yang ingin menjaga keseimbangan tubuh.
Maka dari itu, mencampakkan mereka setelah ditebang secara serampangan tanpa ada upaya pelestarian kembali merupakan kezhaliman tersendiri. Bukankah mereka bertasbih kepada Allah SWT dengan gerakan-gerakan tersebut? Mereka menyuarakan tasbih sesuai dengan apa yang tercantum dalam firman-Nya berikut ini:
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS. al-Isra’ [17]: 44)
Hemat penulis, segala potensi alam yang terhampar di permukaan dan di kerak bumi, dengan berdasarkan ayat-ayat di atas, mereka seperti menyeru Anda dan berkata: “Aku tidak pernah menunjukkan pembangkangan dan kecongkakan setiap kali Anda ingin mengambil manfaat dariku, bahkan saya, dengan sunnatullah, menjaga atmosfir bumi, tempat manusia melangsungkan kehidupan, dan memberi zat-zat makanan demi kelangsungan hidup kalian. Silakan Anda menikmati pelbagai fasilitas ilahi tersebut, tetapi lestarikan aku setelah itu, sehingga generasi kami tidak terputus, mereka tetap bertasbih, dan menjadi bukti nyata keesaan Allah SWT, sama seperti apa yang Anda telah lakukan!”
b. Islam dan fitrah manusia dalam memperoleh penghidupan
Fitrah manusia ingin harta, tolak punggung kelangsungan hidup mereka. Islam tidak memusuhi harta. Sadar akan hal tersebut, syariat telah melegitimasi hukum tertentu dalam perolehan harta, sehingga fitrah manusia tidak terkotori dengan penyalahgunaan hak memperoleh dan mempergunakan harta tersebut. Ini semua dapat disimak dengan jelas dalam pelbagai ayat berikut ini:
Allah SWT berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu!”(QS. an-Nisa’ [4]: 29)
Dan firman-Nya juga:
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan! Karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. al-Baqarah [2]: 168)
Dan firman-Nya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang berjuang di jalan Allah SWT. Itu suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. at-Taubah [9]: 60)
Jika ada yang bertanya: “Kenapa saya wajib peduli kepada mereka, bukankah harta itu hasil jerih payah sendiri? Kenapa setiap hasil usaha tersebut diwajibkan atasnya zakat, bukankah itu saya peroleh setelah mengeluarkan biaya banyak dan tenaga? Apakah ini sebuah keadilan?” Maka jawabannya seperti ini:
Anda boleh bertanya seperti itu, tetapi Anda diharap memahami hakikat ini: apa yang Anda punya bukan milik Anda sepenuhnya, itu titipan Allah untuk menjadi sarana kebaikan antar sesama. Bukankah harta itu kadang hilang, meski Anda telah menjaga dan menyimpannya di tempat yang aman? Di dalam harta itu ada hak orang yang tidak mampu, karena proyek kehidupan menuai hasil dengan bantuan doa-doa mereka. Bukankah proyek tersebut kadang tidak mendatangkan hasil? Pada harta tersebut ada obat yang dapat menjaga kesenjangan masyarakat antara yang kaya dan miskin. Bukankah kehancuran Fir’aun, Qarun dan para pemilik harta akibat kesombongan, ketamakan, dan menghardiki fakir miskin. Harta yang ada di tangan sarana efektif beramal baik, dan menghilangkan kesenjangan sosial di antara lapisan masyarakat.
Islam telah mengatur hukum zakat dari pelbagai sumber penghasilan. Dan kepada mereka yang sumber penghasilannya ada pada perut bumi, syariat telah menentukan kadar zakat sebagaimana berikut ini:
No.Jenis TambangNisabKadar ZakatWaktu PenyerahanKeterangan
1Tambang emassenilai 91,92 gram emas murni2,5%Tiap tahun
2Tambang perakSenilai 642 gram perak2,5%Tiap tahun
3Tambang selain emas dan perak, seperti platina, besi, timah, tembaga, dsb.Senilai nisab emas2,5%Ketika memperolehMenurut mazhab Hanafi, Maliki, dan Syafi’i, wajib dizakati apabila diperdagangkan (dikategorikan zakat perdagangan).
4Tambang batu-batuan, seperti batu bara, marmer, dsb.Senilai nisab emas2,5 KgKetika memperolehMenurut mazhab Hanafi, Maliki, dan Syafi’i, wajib dizakati apabila diperdagangkan (dikategorikan zakat perdagangan).
5Tambang minyak gasSenilai nisab emas2,5 KgKetika memperoleh

c. Fungsi sosial zakat
Islam sejak dari awal menanamkan akar cinta zakat dalam pribadi umat dengan menjelaskan aneka ragam buah yang bisa dipetik dari kewajiban tersebut, di antaranya:
1. Menghilangkan rasa dengki dan hasut:
Rasul Saw telah memperingatkan umatnya terhadap sifat buruk tersebut dalam sabdanya:
Waspadalah kalian semua dari kedengkian. Sesungguhnya sifat itu memakan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar. [[1]]  
2. Terciptanya kesejahteraan manusia demi terwujudnya kelangsungan hidup mereka:
Di sini, Islam selaku pelindung masyarakat miskin dengan begitu jelas mewajibkan zakat, mengharamkan riba, dan beberapa masalah lain lagi yang dapat mengancam keberadaan manusia.
3. Menumbuhkembangkan rasa kasih sayang dan hormat antara fakir-miskin dan para pelaksana zakat:
Hakikat tersebut telah dikukuhkan dalam pernyataan monumental Bediuzzaman Said Nursi berikut ini: Mustahil tercapainya kehidupan damai dan rukun dalam masyarakat, kecuali dengan menjaga keseimbangan antara orang-orang kaya (al-khawâsh) dan para fakir-miskin (al-awâm). Maka dengan dasar balans ini akan terbina rasa iba orang kaya terhadap orang miskin, serta taat dan hormat orang miskin terhadap orang kaya.[[2]]  
Penjabaran hakikat tersebut merupakan bias dari cahaya sabda Rasul Saw di bawah ini:
“Zakat adalah jembatan Islam.” [[3]]
Hemat saya, hilangnya keseimbangan sosial antara orang-orang kaya dan para fakir-miskin adalah pemicu utama dari segala bentuk ketimpangan sosial dalam suatu lingkungan.
Kenyataan ini lebih jelasnya lagi dapat kita simak lewat laporan Sekjen Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam sebuah konferensi tingkat tinggi, berikut ini hasil laporannya:
Melonjaknya ketidaksetaraan dalam distribusi pendapatan tingkat global pada dekade terakhir ini sebab utamanya adalah meningkatnya secara drastis kesenjangan antara negara kaya dan miskin. Persentase Angka pendapatan tertinggi masyarakat kaya di 20 persen dari populasi dunia dengan rata-rata pendapatan masyarakat paling miskin di 20 persen dari jumlah penduduk berbanding 60:1 di tahun 1990 menjadi 78:1 di tahun 1994. Angka ini menunjukkan bahwa 20 Persen masyarakat miskin dari populasi dunia hanya mendapatkan 1,1 persen dari jumlah keseluruhan pendapatan dunia, tentunya itu mengindikasikan adanya penurunan proporsi pendapatan mereka yang sebelumnya 1,4 persen  pada tahun 1991. [[4]
Di akhir tulisan singkat ini, saya mengajak pembaca budiman untuk menarik kesimpulan di bawah ini:
“Syariat mempersilakan kepada siapa saja yang punya kemampuan untuk mengelola sumber daya alam. Tetapi, ingat hak mereka dengan melakukan pelestarian, sehingga ekosistem kehidupan terjaga, dan ingat pula masyarakat miskin, di harta tersebut ada hak mereka!.”

Catatan Kaki:
 [[1]] Hadits ini diriwayatkan Abû Hurairah. [Abû Daûd, Sulaemân bin al-Asyas as-Sajastânî, Sunan Abî Daûd, dikomentari haditsnya oleh Muhammad Nâshir ad Dîn al-Albânî, Maktabah al-Ma'ârif, Riyadh, Cet. II, 1424 h, no. Hadits: 4903, hlm. 887]
 [[2]] Bediuzzaman Said Nursi, ­al-Kalimat, dialihbahasakan oleh Ihsân Qâsim as-Shâlihî, Dar Sôzler, Kairo, cet. II, 1995, hlm. 473
 [[3]] Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tabrânî di Mu’jam al-Awsat dan al-Kabîr dari Abî ad-Darda’ dari Nabi Saw, akan tetapi dalam sanadnya terdapat baqiyyah, salah seorang al-Mudallisin (perawi yang sering kali menyembunyikan nama perawi tempat ia mengambil hadits, atau menjatuhkan salah satu bagian dari matan hadits (teks), dan diriwayatkan juga oleh Ishâq bin Râhawaehi di Musnadnya, dan di sanadnya terdapat ad-Dahhâq bin Hamzah yang lemah periwayatannya. [Lihat: al-Ajalûnî, Ismâil bin Muhammad, Kasyfu al-Khafa' wa Muzîl al-Ilbâz ammâ Isytahara min al-Ahâdits ala al-Sinati an-Nâs, vol. I, No. hadits: 1416]
 [[4]]   Laporan Sekjen dewan ekonomi dan sosial PBB, Krisis Moneter dan Ekonomi, dan Pengaruhnya terhadap Pembangunan, disampaikan pada konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang digelar pada tanggal 24-26 juni 2009, hlm. 4-5

Fiqih Mitra Kerja Perspektif Al-Qur’an

H. Akbar
Ketua BaZIS Ciomas

Semua entitas kehidupan butuh kerjasama, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa bantuan dari sesama, karena dengan kerjasama tersebut terjalin rasa kekeluargaan, keterpaduan dan keharmonisan hidup.

Komunitas semut petani telah membuktikan hal di atas. Setiap dari mereka punya tugas masing-masing, di antara mereka ada yang bertugas mendatangkan serpihan-serpihan daun (semut pemotong daun, atau semut parasol) untuk dijadikan bahan baku pembuatan jamur di lahan pertanian yang telah tertata rapi di sarang. Di antara mereka ada pula yang bekerja membersihkan dedaunan tersebut dari bakteri (semut sterilisasi), kemudian mengunyahnya hingga hancur seperti bubur, dan meratakannya ke lantai pertanian sebagai media subur tumbuhnya jamur (semut-semut seperti ini menghabiskan seluruh masa hidupnya di sarang, ukuran mereka 2 mili meter, lebih kecil dari jenis semut lain), serta menyemai jamur, (jamur membutuhkan waktu 24 jam setelah disemai untuk dipanen). Setelah dipanen semut-semut yang mendistribusikan jamur (semut distribusi) lebih mengutamakan rekan mereka, khususnya semut-semut pekerja, dari diri mereka sendiri. Tentunya, dengan cara kerja seperti ini semua kebutuhan mereka terpenuhi, mulai dari koloni semut pemotong daun, dan koloni semut pembuat jamur.

Selanjutnya, para semut pekerja membersihkan sisa-sisa daun pembuatan jamur dari bilik pertanian mereka hingga bersih dengan membuang kotoran tersebut di tempat yang cukup jauh. Mereka melakukan tugas ini tanpa mengenal istirahat dan keluh-kesah, Di lain sisi, ada kelompok semut lain yang bertugas menjaga pertahanan sarang (semut defensi), mereka adalah prajurit yang berani dan gagah perkasa (mereka lebih berat 300 kali dari spesies lain), mereka tidak akan melepaskan gigitannya, meski bagian tubuhnya telah tercabit-cabit demi mempertahankan kelangsungan hidup mereka. [[1]]

Hemat penulis, dari paparan singkat kehidupan semut petani di atas, ada beberapa asas mendasar dari terciptanya mitra usaha yang dinamis dan harmonis:

a. Bekerja dengan ikhlas tanpa mempermasalahkan posisi atau jabatan

Tidak ada dari komunitas semut yang mempermasalahkan posisi dan tugasnya, setiap dari mereka bekerja dengan ikhlas demi kelangsungan hidup mereka.

Di lain sisi, setiap struktur kerja manusia pasti melibatkan komponen-komponen masyarakat secara langsung dalam pekerjaan tersebut. Dan pastinya, kinerja setiap anggota ditentukan oleh jabatan yang tengah dipegangnya, dan tentunya pula, setiap pekerjaan tidak akan mendatangkan hasil maksimal jika setiap dari mereka tidak bertanggung jawab penuh terhadap tugas masing-masing.

Mereka layaknya berada di sebuah kapal yang sedang berlayar di lautan lepas. Di sana ada kapten, awak-awak kapal, dan penumpang. Jika salah seorang dari mereka melalaikan tugas, atau ada yang secara sengaja atau tidak sengaja membocorkan kapal, maka semua akan ditelan bersih oleh ombak, dan ikan-ikan pemangsa. Olehnya itu, keikhlasan bekerja tanpa melihat jabatan yang dijalankan merupakan kunci utama kesuksesan sebuah mitra kerja.

Rasa tidak puas dengan jabatan dapat menjerumuskan seseorang ke jurang kedengkian, puji diri, dan ego. Jika sifat-sifat seperti ini telah menjalar ke dalam sendi-sendi kehidupan, maka pekerjaan yang bisa rampung dalam jangka waktu sehari menjadi dua hari, seminggu menjadi sebulan, dan sebulan menjadi berbulan-bulan, karena pada saat itu setiap dari mereka hanya mementingkan kemaslahatan pribadi, enggan mengulurkan tangan jika tidak ada keuntungan materi atau popularitas yang bisa diharapkan. Bukan hanya itu, rasa ingin menang, tenteram dan bahagia di atas penderitaan orang lain seringkali datang menari-nari di benak mereka, sehingga yang terjadi tidak lain kecuali perpecahan dan pertikaian.

Ini telah ditekankan Allah SWT pada firman-Nya berikut ini:
Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kehilangan kekuatan.” (QS. al-Anfal [8]: 46)

Bediuzzaman Said Nursi dengan mengedepankan ayat di atas, beliau berkata:
“membiarkan hawa nafsu bersikap ego, mencari pangkat dan kedudukan agar menjadi perhatian manusia, serta senang kepada sanjungan orang karena motivasi ingin terkenal dan populer, semua ini adalah penyakit kejiwaan yang kronis, dan pintu terhadap syirik yang samar, yaitu riya dan ujub yang menghancurkan keikhlasan.” [[2]]

Keikhlasan beramal seperti ini hanya dapat dicapai oleh mereka yang mensyukuri apa yang ada di genggaman, dan tidak melihat apa yang sedang beterbangan di khayalan berupa pangkat dan jabatan.

Rasul Saw telah memberikan pujian kepada mereka dalam sabdanya:
“Ridhailah apa yang Allah SWT telah berikan kepadamu, maka Anda akan menjadi orang yang paling kaya.” [[3]]

b. Berusaha menciptakan pribadi kolektif dan rasa ingin berbagi dengan sesama

Pelbagai masalah kehidupan tidak dapat dipecahkan oleh kejeniusan seseorang. Ini terlihat dalam kehidupan masyarakat setiap hari.

Rumah yang berdiri kokoh butuh kepada tenaga-tenaga terampil. Di antara mereka ada yang merancang fondasi rumah dan pagar, ada pula yang membuat batu-bata, semen, dan besi. Mustahil ada satu orang yang mempelajari semua keterampilan tersebut demi membangun dengan sendirinya sebuah rumah. Akan tetapi, kerjasama memberikan peluang kepada seseorang untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Kiaskanlah semua aspek-aspek kehidupan pada contoh sederhana ini.

Olehnya itu, Al-Qur’an sejak awal menyeru kita untuk saling tolong menolong. Allah SWT berfirman:
Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. al-Maidah [5]: 2)

Meskipun dengan singkat ayat ini menyerukan kerjasama, tetapi ia menyuguhkan lautan makna.
Syekh Mutawalli as-Sya’rawi berkata: “Kata (at-Taawun), yang artinya bekerja sama, menandakan bahwa ada pihak penolong dan pihak yang tertolong. Akan tetapi, si penolong tidak selamanya menolong, namun di lain waktu ia bisa saja mengulurkan tangan minta bantuan, dan yang tertolong di lain waktu ia bisa menjadi penolong. Itulah gerak kehidupan dan formula mujarab untuk memakmurkan bumi.” [[4]]

di lain pihak, Imam Fakhruddin ar-Razi berkata: “kata (al-Birri) yang berarti kebaikan meliputi pelbagai objek kebaikan, itu mengindikasikan bahwa pintu kebaikan terbuka lebar bagi mereka yang ingin datang mengetuknya.”[[5]]

Dan Syekh bin Asyur tidak ketinggalan menorehkan salah satu makna yang dibiaskan ayat di atas, beliau berkata: “Di antara faedah kerjasama adalah menjalankan pekerjaan dengan mudah, mendatangkan kemaslahatan bersama, memperlihatkan persatuan dan solidaritas, sehingga ia menjadi akhlaq umat secara menyeluruh.” [[6]]

Hemat penulis, penafsiran yang beraneka ragam tersebut menyuarakan pentingnya kerjasama dalam sebuah mitra usaha yang saling menguntungkan, tidak saling merugikan, seperti parasit yang mengambil cadangan makanan pepohonan lain. Kerjasama seperti ini menciptakan kepribadian kolektif, yaitu: keuntungan dinikmati bersama, kerugian dipikul bersama, dan setiap dari mereka punya kesempatan yang sama dalam memperoleh pahala Allah SWT.

Said Nursi telah memaparkan hal tersebut dengan begitu jelasnya di bawah ini:
“Sesungguhnya zaman ini terhadap ahli hakikat adalah zaman kebersamaan, dan bukanlah zaman individualisme, zaman menampakkan ego dan kecongkakan. Karena hanya ruh kepribadian kolektif (Syakhsiyah Maknawiyah) dari jamaah yang akan kekal bertahan menghadapi pelbagai banyak tantangan dan cobaan. Maka demi menggapai kolam besar, seyogianya seseorang itu menceburkan diri, ego, dan kecongkakannya yang seperti butir salju ke kolam tersebut hingga mencair, karena jika tidak demikian maka pasti mencair sendiri butir salju tersebut, dan  berlalu begitu saja, dan kesempatan pun hilang untuk mengambil manfaat dari kolam itu juga” [[7]]

c. Senasib dan saling tanggung-menanggung

Dalam komunitas semut, tidak pernah dijumpai seekor semut yang kelaparan dan kehausan, atau tidak punya tempat tinggal. Genangan air dikerumuni bersama, layaknya manusia yang sedang berkerumun menyaksikan akrobat, setetes air diisap berduaan, dan sebatang roti besar dipikul bersama. Itulah contoh kecil yang diinginkan seruan Al-Qur’an saat menyuarakan kerjasama.

Namun, kenapa di lingkungan sekitar kita masih terlihat juga orang-orang yang tergeletak di pinggir jalan, tidur di bawah kolong jembatan, bahkan di atas  pohon, aksi ngamen dan perampokan di kota-kota besar dengan pelbagai cara. Bukankah ini menandakan  bahwa seruan Al-Qur’an telah diabaikan dan dipandang sebelah mata?

Bagaimanapun jawaban yang dibeberkan, tetap saja ada ketimpangan sosial dalam masyarakat seperti ini.
Said Nursi telah menggarisbawahi dua kalimat yang memicu kesenjangan sosial seperti ini, Beliau berkata:
“Di sana ada dua kalimat yang memicu segala kekacauan, kerusuhan dan  dekadensi moral lain dalam kehidupan sosial manusia. Kalimat pertama adalah: “Jika saya kenyang, maka tidak ada dosa bagiku atas kematian seseorang akibat kelaparan.” Kalimat kedua: “Anda bekerja supaya saya bisa menikmati hasil jerih payahmu, dan Anda capek peras keringat supaya saya bisa beristirahat dengan tenang melahap hasilnya.” Kemudian, yang menyirami dan melestarikan kedua kalimat ini adalah praktek riba dan pengelolaan zakat yang tidak terorganisir.” [[8]]

Kenapa kemanusiaan yang begitu mulia terpuruk begitu jauh, bukankah mereka bagian dari kehidupan, dan punya hak dari mitra usaha yang sedang digalakkan oleh pihak-pihak tertentu dalam skala lokal dan nasional? Jangan pikir bahwa mitra usaha itu hanya mementingkan orang-orang yang terlibat dalam sebuah kesepakatan kerja. Akan tetapi, mitra usaha Islam bukan hanya berperan menyejahterakan mereka yang berada dalam lingkaran kerja, tetapi juga berupaya meringankan beban orang-orang yang tidak mampu. Bukankah sepatutnya kita merasa malu kepada komunitas semut yang tidak pernah membiarkan satu pun dari mereka hidup sendiri berjuang menghadapi rasa lapar dan dahaga? Patutkah kita seperti ini?

Di penghujung tulisan ini, saya mengajak pemerhati tema-tema keislaman untuk menyuarakan seruan Islam di bawah ini:

“Anda boleh saja merancang struktur mitra usaha sesuai dengan keinginan Anda, tetapi kedepankan kerjasama, utamakan kesejahteraan bersama, gapai kemakmuran yang merata dan pembagian properti yang adil, jauhkan kemaslahatan pribadi, nampakkan di permukaan kemaslahatan bersama, dan lihat orang-orang di sekitar Anda yang butuh uluran tangan guna meringankan penderitaan mereka. Di posisi manapun Anda, baik selaku penanam saham, pemilik aset, konsultan, karyawan perusahaan, ataupun buruh kasar, Anda tetap wajib memperhatikan aturan baku ini. Selamat menjalin mitra kerja yang harmonis dan dinamis!”

Catatan Kaki:
[[1]] Lihat:http://dikdrum.blogspot.com/2009/06/keunikan-semut-pemotong-daun.html
http://indonesia.soup.io/post/14597463/Tugas-2-Teori-Ankoloni-Semut-Sistem-Pakar
 [[2]] Bediuzzaman Said Nursi, al-Lama’ât, diterjemahkan oleh Ihsân Qâsim as-Shâlihî, Dâr Sôzler, Cairo-Egypt, cet. 4, 2004 m, hlm. 249
 [[3]] Imam al-Ajalûni berkata: “Hadits ini diriwayatkan Imam Ahmad, at-Tirmidzi dari Abi Hurairah dengan sanad yang lemah.” [lihat: Syekh Ismâil Muhammad al-Ajalûni, , Kasyf al-Khafa' wa Mul al-Iltibâs amma Sytahara min al-Ahâdîts ala Alsinati an-Nâs, Maktabah al-Qudsi, cet. 1451 h. vol. 1, hlm. 43
 [[4]] Syekh Sya’rawi, Tafsir Syekh Sya’rawi, Akhbar al-Yaum, vol. 5, hlm. 2907
 [[5]] Lihat: Imam Fakhruddin ar-Razi, Mafâtihul Gaib, Dar al-fikr, Beirut, cet. 1, 1401 h/1981 m, vol. 5, hlm. 40
 [[6]] Syekh Muhammad Thahir bin Asyur,  at-Tahrir wa at-Tanwir, Dar Sahnun, Tunis, cet. 1, 1997 m, vol. 6, hlm. 88
 [[7]] Said Nursi, Mursyid Ahli al-Qur’an ila Haqâiq al-îmân, dialihbahasakan oleh Ihsân Qâsim as-Shâlihî, Zosler, Kairo, cet. 3, 2001, hlm. 101-102
 [[8]] Saîd Nûrsî, al-Maktûbât, vol. II, dialihbahasakan oleh Ihsân Qâsim as-Shâlihî, Dar Sôzler, Kairo, cet. 2, 1995, hlm. 355

Sabtu, 19 November 2011

Akhlak Dan Ekonomi


H. Akbar
Ketua BaZIS Ciomas

Akar dari semua masalah ekonomi kita adalah disebabkan oleh dua faktor besar yaitu kesalahan manusia dan kesalahan sistem. 

Kesalahan manusia disebabkan oleh kebobrokan akhlak (moral hazard) dimana norma-norma sosial yang terkandung di dalam agama tidak menjadi panduan dalam berperilaku. Contohnya adalah pengguna NARKOBA di Indonesia diperkirakan mencapai 2-3 juta orang. Jika diasumsikan pengguna NARKOBA tersebut menghabiskan Rp 500 ribu setiap pekan, atau Rp 2 juta per bulan, maka volume transaksi NARKOBA bisa mencapai Rp 6 triliun perbulan. Dalam setahun bisa mencapai Rp 72 triliun. Angka tersebut sama dengan belanja Indonesia untuk menanggulangi krisis global. 

Hal yang serupa juga terjadi pada transaksi pelacuran. UNDP mengestimasikan tahun 2003 di Indonesia terdapat 190 ribu hingga 270 ribu pekerja seksual komersial yang tiada lain mereka adalah para pelacur dengan 7 hingga 10 juta pelanggan. Artinya setiap pelacur rata-rata melayani 37 pelanggan (rasio maksimum). Jika diasumsikan akhir tahun 2008 tumbuh 20% atau sekitar 324 ribu, dan jika rasio pelacur dan pelanggannya masih sama yaitu 1 banding 37, maka diperkirakan pelanggan pelacuran mencapai 12 juta pelanggan. Dan jika diasumsikan, setiap pelanggan mengeluarkan Rp 1 jt perbulan, maka transaksi pelacuran per tahun mencapai Rp 144 triliun.

Dari kedua hal di atas bisa kita perkirakan biaya untuk transaksi amoral di atas setara dengan 46 jembatan Suramadu dan 3,6 kali belanja Indonesia untuk orang miskin per tahun. Lalu bagaimana dengan judi atau korupsi? 

Oleh sebab itu pengentasan masalah ekonomi bangsa, harus melalui dua pendekatan. Pendekatan yang pertama adalah perbaikan akhlak di seluruh lapisan masyarakat, dan pendekatan yang kedua adalah perbaikan sistem dengan sistem Islam.

Jumat, 18 November 2011

Download Murattal Al Quran 30 Juz Saad El Ghamidi Format Mp3 Terlengkap

Alhamdulillah, akhirnya dapat juga link untuk download murattal Al-Qur'an 30 Juz yang lengkap. Melalui halaman ini anda insya Allah bisa mendownload Murattal Al Quran 30 Juz Saad El Ghamidi Format Mp3 Terlengkap.

Menurut
http://www.assabile.com, Saad El Ghamidi adalah qori (pembaca Al Quran) berkewarganegaraan Saudi. Beliau lahir pada tahun 1968 di Mantiqah Syarqiyyah (beribukota Dammaam), Saudi Arabia. Saad Al Ghamidi menempuh pendidikannya di kota Dammam. Sebagai seorang pelajar, beliau sangat aktif pada masanya. Beliau sering kali berpartisipasi dalam banyak kegiatan, ikut serta dalam berbagai organisasi, dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan menghafal Al Quran. Beliau menyelesaikan pendidikannya dari Universitas Syariah pada jurusan Ushuul Ad Dien. Pada tahun 1990, beliau telah menghafal 30 Juz Al Quran.

Bacaan Al Quran beliau sangat mudah dicirikan dengan lantunan suara yang sangat indah. Pada tahun 1985, beliau meniti karir sebagai seorang Munsyid (pelantun nasyid). Rekaman pertamanya yang sangat sukses dan menjadikan beliau dikenal luas adalah "Malakna Hadihi Donya Qorounan" dan "Gharbane". Kini Saad El Ghamidi dikenal sebagai seorang imam sholat-sholat tarawih di masjid di kota Damaam.


Rekaman bacaan Al Quran beliau juga sangat sukses. Selain dikenal di banyak dunia arab, beliau juga dikenal di beberapa negara luar Arab seperti Austria, Amerika Serikat dan Inggris. Dalam hal bacaan Al Quran, beliau diketahui memiliki sandaran periwayatan ( Al Isnad), yakni Isnad periwaratan dari jalur Hafs 'an Assem.

 Silakan klik link di bawah ini untuk mendownload surah yang ingin Anda download. Pastikan anda menggunakan IDMan atau Software lain yang dapat mempercepat proses download anda. Setelah anda mengklik download, akan terbuka link baru, tunggu sekitar 10 detik. Akhirnya selamat mendownload Murattal Al Quran 30 Juz Saad El Ghamidi Format Mp3 Terlengkap




No
Nama Surah
  Download
1
Al-Fatiha
mp3 )
2
Al-Baqarah
mp3 )
3
Ali-Imran
mp3 )
4
An-Nisaa
mp3 )
5
Al-Maaidah
mp3 )
6
Al-Anaam
mp3 )
7
Al-A'raf
mp3 )
8
Al-Anfal
mp3 )
9
At-Taubah
mp3 )
10
Yunus
mp3 )

11
Hud
mp3 )
12
Yusuf
mp3 )
13
Ar-Ra'ad
mp3 )
14
Ibrahim
mp3 )
15
Al-Hijr
mp3 )
16
An-Nahl
mp3 )
17
Al-Israa'
mp3 )
18
Al-Kahfi
mp3 )
19
Maryam
mp3 )
20
Tha-Ha
mp3 )
21
Al-Anbiyaa'
mp3 )
22
Al-Hajj
mp3 )
23
Al-Mu'minun
mp3 )
24
An-Nuur
mp3 )
25
Al-Furqan
mp3 )
26
Ash-Shu'ara
mp3 )
27
An-Naml
mp3 )
28
Al-Qasas
mp3 )
29
Al-Ankabut
mp3 )
30
Ar-Rum
mp3 )
31
Luqman
mp3 )
32
As-Sajdah
mp3 )
33
Al-Ahzab
mp3 )
34
Saba
mp3 )
35
Fatir
mp3 )
36
Ya-Seen
mp3 )
37
As-Saaffat
mp3 )
38
Sad
mp3 )
39
Az-Zumar
mp3 )
40
Ghafir
mp3 )
41
Fussilat
mp3 )
42
Ash-Shura
mp3 )
43
Az-Zukhruf
mp3 )
44
Ad-Dukhan
mp3 )
45
Al-Jathiya
mp3 )
46
Al-Ahqaf
mp3 )
47
Muhammad
mp3 )
48
Al-Fath
mp3 )
49
Al-Hujraat
mp3 )
50
Qaf
mp3 )
51
Adh-Dhariyat
mp3 )
52
At-Tur
mp3 )
53
An-Najm
mp3 )
54
Al-Qamar
mp3 )
55
Ar-Rahman
mp3 )
56
Al-Waqia
mp3 )
57
Al-Hadid
mp3 )
58
Al-Mujadila
mp3 )
59
Al-Hashr
mp3 )
60
Al-Mumtahina
mp3 )
61
As-Saff
mp3 )
62
Al-Jumua
mp3 )
63
Al-Munafiqoon
mp3 )
64
At-Taghabun
mp3 )
65
At-Talaq
mp3 )
66
At-Tahrim
mp3 )
67
Al-Mulk
mp3 )
68
Al-Qalam
mp3 )
69
Al-Haaqqa
mp3 )
70
Al-Maarij
mp3 )
71
Nooh
mp3 )
72
Al-Jinn
mp3 )
73
Al-Muzzammil
mp3 )
74
Al-Muddaththir
mp3 )
75
Al-Qiyama
mp3 )
76
Al-Insan
mp3 )
77
Al-Mursalat
mp3 )
78
An-Naba
mp3 )
79
An-Naziat
mp3 )
80
Abasa
mp3 )
81
At-Takwir
mp3 )
82
Al-Infitar
mp3 )
83
Al-Mutaffifin
mp3 )
84
Al-Inshiqaq
mp3 )
85
Al-Burooj
mp3 )
86
At-Tariq
mp3 )
87
Al-Ala
mp3 )
88
Al-Ghashiya
mp3 )
89
Al-Fajr
mp3 )
90
Al-Balad
mp3 )
91
Ash-Shams
mp3 )
92
Al-Lail
mp3 )
93
Ad-Dhuha
mp3 )
94
Al-Inshirah
mp3 )
95
At-Tin
mp3 )
96
Al-Alaq
mp3 )
97
Al-Qadr
mp3 )
98
Al-Bayyina
mp3 )
99
Az-Zalzala
mp3 )
100
Al-Adiyat
mp3 )
101
Al-Qaria
mp3 )
102
At-Takathur
mp3 )
103
Al-Asr
mp3 )
104
Al-Humaza
mp3 )
105
Al-Fil
mp3 )
106
Quraish
mp3 )
107
Al-Maun
mp3 )
108
Al-Kauther
mp3 )
109
Al-Kafiroon
mp3 )
110
An-Nasr
mp3 )
111
Al-Masadd
mp3 )
112
Al-Ikhlas
mp3 )
113
Al-Falaq
mp3 )
114
An-Nas
mp3 )