ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH - SELAMAT DATANG DI SITUS BaZIS KECAMATAN CIOMAS - MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI DAN SILATURAHMI BaZIS CIOMAS DENGAN MASYARAKAT

Sabtu, 28 Januari 2012

Program Kemitraan Bina Usaha

H. Akbar
Ketua BaZIS Kecamatan Ciomas


PENDAHULUAN

    Hidup saling menolong dalam kebaikan dan taqwa merupakan perintah Allah seperti tercantum dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 2, ‘Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam permusuhan dan dosa’. Dan bisa memberi manfaat bagi orang lain termasuk ciri orang baik, seperti disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia’.
Dalam konteks muamalah saling menolong bisa dilakukan dalam berbagai bentuk. Dan yang terkait dengan harta zakat, infaq dan shadaqah peran seorang amil sangat penting dalam menjembatani antara muzakki dengan mustahik. Untuk tercapainya hasil yang memuaskan, memilih sistem yang tepat dalam menjabarkan program merupakan keniscayaan.
    Peran amil sebagai fasilitator bertujuan agar harta yang diberikan muzakki bisa berdaya guna dan berhasil guna, sehingga zakat, infaq dan shadaqah tidak bersifat konsumtif tapi akan menjadi solusi bagi pemecahan masalah kemiskinan. Dalam bahasa yang lebih simpel dapat dikatakan bagaimana kita bisa merubah seorang mustahiq menjadi muzakki.
Untuk itu diperlukan suatu program syar’i yang legal menurut hukum. Dengan program yang bersifat syar’i, di dalamnya ada proses pembelajaran. Muzakki diyakinkan bahwa harta yang diinfakkannya bisa bermanfaat lebih besar karena yang menerima manfaatnya pun lebih banyak, sedangkan mustahik dididik bisa hidup mandiri agar tidak menjadi beban masyarakat di kemudian hari. Bahkan dalam jangka panjang harus berubah menjadi muzakki.
    Salah satu program syar’i yang cocok digulirkan adalah menggunakan sistem murobahah (saling menguntungkan). Mustahik merasa terbantu. Mereka bisa melakukan aktivitas bisnis sesuai keahliannya tanpa harus menyediakan modal, sedangkan harta zakat, infak dan shadaqah dari muzakki bisa abadi dan dapat dimanfaatkan oleh orang banyak.
    BaZIS Kecamatan Ciomas mencoba mewujudkan sistem murobahah ini dengan membuat program yang diberi nama Program Kemitraan Bina Usaha.


PENGERTIAN

Program Kemitraan Bina Usaha (PKBU) merupakan aplikasi program BaZIS Kecamatan Ciomas yang berbentuk kepedulian terhadap kaum dhuafa. Program ini lebih dikonsentrasikan pada pemberian bantuan modal usaha. Pemberian modal usaha dimaksud diberikan kepada perorangan atau kelompok setelah melewati tahapan kajian yang dilakukan oleh BaZIS Kecamatan Ciomas.  Tujuannya adalah agar bantuan yang diberikan tepat sasaran dan dampak yang ditimbulkannya bisa dirasakan secara langsung oleh kaum dhuafa.
\

SASARAN

Warga masyarakat yang dapat bermitra dengan BaZIS Kecamatan Ciomas adalah :
1.    Perorangan atau kelompok dengan kategori ‘miskin’ dan mempunyai keinginan kuat serta memiliki keahlian untuk mengembangkan usaha.
2.    Pemilik warung/kios/kantin/toko berskala kecil dan menengah yang bersedia menyisih-kan margin untung untuk membantu kaum dhuafa.


SISTEM DAN BENTUK BANTUAN

    Program Kemitraan Bina Usaha (PKBU) BaZIS Kecamatan Ciomas menggunakan sistem murobahah (saling menguntungkan). Program ini sangat cocok untuk dikembangkan dengan kelebihan sebagai berikut :
1.    Seorang mitra tidak perlu memiliki modal untuk membuka usaha. Dalam sistem murobahah, mitra bertindak sebagai pelaku usaha sedangkan BaZIS sebagai pemasok dana.
2.    Tidak perlu modal besar. Dengan modal kemauan keras, seorang mitra bisa langsung menjadi muzakki sebab pada saat dia membuka usaha sudah disepakati jumlah nominal yang akan diinfakkan.
3.    Tidak ada pihak yang dirugikan. Baik pemilik modal maupun pelaku usaha semuanya memperoleh keuntungan dengan margin untung yang disepakati.
4.    Harta zakat, infaq dan shadaqah yang digulirkan dengan sistem murobahah akan abadi, sehingga akan memberi manfaat lebih besar bagi muzakki. Ini merupakan shadaqah jariah (sedekah yang pahalanya akan tetap mengalir meskipun si pemberi sudah meninggal dunia).

Dalam sistem murobahah, BaZIS tidak memberi bantuan modal dalam bentuk uang tunai tetapi memfasilitasi suatu usaha sehingga seorang mitra terhindar dari kemungkinan salah penggunaan sumber dana.


ILUSTRASI

Seorang mitra bermaksud membuka warung kopi. Dari hasil pengamatan BaZIS diperoleh data sebagai berikut :
a.    Mitra dimaksud termasuk kategori miskin.
b.    Mempunyai keinginan dan keahlian berjualan.
c.    Konsumen sangat mendukung.
d.    Kendalanya mitra tidak memiliki modal.
Setelah diwawancara dan dikaji diperoleh data sebagai berikut :
a.    Harga jual kopi adalah Rp 2.000,-
b.    Harga beli Kopi Nikmat di Lestari Makmur adalah Rp 87.000,-/pak (berisi 200 sasheet).
Berdasarkan data di atas BaZIS menawarkan jasa dengan sistem murobahah dengan ketentuan sebagai berikut :
a.    Mitra membeli Kopi Nikmat dari BaZIS.
b.    Harga beli adalah Rp 110.000,-
c.    Dibayar setelah barang dagangan terjual dengan interval cicilan mingguan.
Jika mitra setuju maka BaZIS tinggal memasok 1 pak Kopi Nikmat ke alamat mitra dan kedua belah pihak menandatangani akad murobahah sebagai tanda kesepakatan.
Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa mitra tersebut di atas akan memperoleh penghasilan sebesar Rp 400.000,- (empat ratus ribu rupiah). Setelah dikeluarkan untuk akad murobahah, maka mitra akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 290.000,-
Agar usaha mitra mudah dipantau oleh masyarakat, maka BaZIS akan memasang banner di tempat mitra berjualan.


MANFAAT LANGSUNG

Program Kemitraan Bina Usaha yang digulirkan BaZIS Ciomas terbukti memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Seorang miskin yang berstatus mustahik dalam hitungan hari bisa menjadi muzakki dan besar infaq yang diberikannya melebihi dari muzakki pada umumnya. Mitra pada contoh di atas, membuka usaha warung kopi dan ditambah dengan makanan ringan lainnya  mampu memberikan infaq dalam bentuk murobahah sebesar Rp 30.000,-/ minggu. Jika diakumulasikan dalam 1 bulan maka ia telah berinfaq sebesar Rp 120.000,-. Suatu jumlah yang sangat besar. Seorang miskin ternyata mampu berinfaq 24 kali lebih besar dibandingkan dengan seorang PNS yang berpenghasilan jutaan rupiah tapi hanya mampu berinfaq Rp 5.000,-.
    Itu baru satu orang. Jika di setiap desa ada 1 orang mitra yang melakukan usaha serupa, maka BaZIS Ciomas akan menerima infak sebesar Rp 1.320.000,- per bulan dari orang miskin. Kita bisa membayangkan besarnya kekuatan infaq jika di setiap desa ada 2, 3, 4, 5 dan seterusnya orang miskin yang difasilitasi BaZIS.
    Subhanallah... Benar,bahwa zakat, infaq dan shadaqah memang terbukti mampu mengatasi kemiskinan.

Jumat, 20 Januari 2012

KEBAIKAN KECILYANG BERBUAH SURGA

H. Akbar
Ketua BaZIS Ciomas

Pada masa sekarang ini, sungguh telah banyak orang melalaikan perbuatan-perbuatan baik, terutama perbuatan yang dianggap sepele. Padahal, setiap perbuatan manusia selalu diawasi oleh Allah dan dicatat oleh malaikat dalam kitabnya yang akan ditampakkan di hari kiamat kelak. Allah berfirman:

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, dia akan melihat balasannya” (QS-Al-Zalzalah: 7-8).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah sekali-kali kamu merendahkan perbuatan baik yang sedikit atau engkau mengosongkan tempat airmu untuk diisi ke tempat orang yang mencari air, atau engkau bertemu saudaramu dengan wajah ceria” (HR Muslim).

Kita tidak akan pernah tahu kapan rahmat Allah turun dan kita tidak akan tahu ibadah mana yang telah Allah terima. Mungkin saja, amal yang selama ini kita yakini sebagai amal yang dapat membantu kita di hari kiamat malah tidak diterima Allah karena riya, sum’ah, dan sebab lainnya. Bukan tidak mungkin ada seorang muslim yang justru masuk syurga karena senyuman, menyingkirkan duri dari jalan, atau kebaikan-kebaikan kecil lainnya.

Berikut ini saya akan memaparkan dua kisah yang menggambarkan betapa kebaikan-kebaikan kecil yang dilandasi niat yang benar serta keikhlasan telah mengantarkan seseorang ke dalam syurganya Rabbul ‘Alamin.

Pertama, dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan “Pada suatu saat ada seekor anjing berkeliling di sekitar sumur dalam keadaan hampir mati karena kehausan. Tiba-tiba ada seorang wanita pelacur dari kalangan Bani Israil yang melihatnya. Kemudian wanita tersebut melepas sepatunya lalu mengambil air untuk anjing tersebut dengan sepatu itu, lalu memberinya minum. Ia pun diampuni karena hal tersebut”.

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang lain disebutkan “Ketika seorang laki-laki berjalan di jalan, ia merasa sangat kehausan. Lalu ia mendapat sebuah sumur dan turun ke dalam sumur itu dan minum darinya. Ia pun keluar dari sumur. Ternyata ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Orang itu berkata ”Anjing ini telah merasakan kehausan seperti yang pernah aku rasakan”. Lalu ia turun ke dalam sumur tesebut dan memenuhi sepatunya dengan air kemudian memegangnya dengan mulutnya hingga ia dapat naik ke atas dan memberi minum anjing tersebut, maka Allah berterima kasih padanya dan mengampuni dosanya.
Para sahabat bertanya ”Apakah ada pahala bagi kami dalam hewan ternak kami?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Dalam setiap hati yang basah terdapat pahala.”

Setelah membaca kisah ini, sunguh membenarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”Surga itu lebih dekat kepada salah seorang dari kalian daripada tali sandalnya” (HR Bukhari).
Ini adalah suatu amalan yang ringan, namun Allah berterima kasih pada orang yang melakukannya. Mengampuni dosanya dan memasukkannya ke dalam syurga. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menceritakan kisah ini pada para sahabat -mereka adalah orang paling lurus aqidahnya, paling benar manhajnya, paling semangat dalam mendapatkan ilmu- bukan hanya untuk mengetahuinya tapi dengan tujuan agar mereka mengetahui lalu melaksanakannya. Mereka bertanya ”Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Apakah ada pahala bagi kami dalam hewan ternak kami?”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ”Dalam setiap hati yang basah terdapat pahala”. Karena anjing merupakan hewan ternak, bagaimana orang yang memberi minum padanya mendapatkan pahala yang besar ini? Mereka merasa heran terhadap hal ini. Mereka pun bertanya pada Nabi lalu beliau mengatakan pada setiap hati yang basah terdapat pahala. Hati yang basah membutuhkan air. Karena jika tidak ada air, maka ia akan kering dan hewan tersebut akan mati.

Dalam riwayat lain disebutkan, kemungkinan merupakan kisah yang lain, bahwa seorang wanita pelacur Bani Israil melihat seekor anjing berkeliling sumur dalam keadaaan haus. Tapi ia tidak mampu untuk sampai ke air karena ada di dalam sumur. Wanita itu melepas sepatu yang ia pakai dan mengambilkan air buat anjing tersebut. Allah pun mengampuni dosanya. Setiap hewan ternak yang engkau perlakukan dengan baik dengan memberikan minum, makan, perlindungan, dari panas atau dingin, baik milik engkau atau orang lain, maka akan mendapatkan pahala dari Allah. Demikianlah. Padahal yang diberi minum adalah hewan. Maka, bagaimnakah dengan manusia? Jika engkau bersikap baik pada manusia, maka tentu Insya Allah lebih banyak lagi pahalanya.

Kisah Kedua, dari Abu Hurairah meriwayatkan sabda Nabi ” Aku telah melihat seorang laki-laki yang berguling-guling di surga di atas sebuah pohon yang ia tebang dari tengah jalan yang telah mengganggu kaum Muslimin (HR Muslim).

Dalam sebuah kisah yang lain disebutkan ”Seorang laki-laki melewati dahan sebuah pohon di tengah jalan. Ia pun berkata ”demi Allah, akan aku jauhkan dahan pohon ini dari kaum muslimin, sehingga tidak mengganggu mereka dan aku pun masuk dalam surga”

Dalam riwayat Bukhari Muslim ”Ketika seseorang berjalan di jalan. Lalu ia mendapatkan dahan yang berduri di atas jalan. Kemudian ia menyingkirkannya sehingga Allah berterima kasih padanya dan memasukkannya ke dalam surga.”

Sungguh, dalam hadits tersebut terdapat dalil yang menunjukkan keutamaan menghilangkan gangguan dari jalan. Bahwa hal itu merupakan faktor penyebab masuknya ke dalam surga. Dalam hadits ini juga terdapat dalil yang menunjukkan bahwa orang yang menyingkirkan gangguan dari kaum muslimin maka baginya pahala yang besar dengan perkara yang dapat dirasakan. Lalu, bagaimana halnya dengan perkara yang tidak nampak?

Sebagian orang-na’udzubillah- yang merupakan para pelaku kejahatan memiliki pemikiran buruk yang menghalangi manusia dari agama Allah. Menyingkirkan gangguan mereka yang memiliki pemikiran jahat, buruk dan kufur adalah dengan membantahnya sehingga pemikiran mereka sirna.

Oleh karena itu, selayaknya kita dapat menyingkirkan gangguan dari jalan. Baik itu ”jalan fisik” yaitu jalan yang dilalui oleh kaki maupun ”jalan maknawi” yaitu jalamnnya hati. Pelaksanaan pembersihan gangguian itu dari jalan ini dan semua jalan adalah diantara hal-hal yang akan mendekatkan diri pada Allah dan menghilangkan gangguan dari hati, serta beramal shalih adalah lebih besar pahalanya dan lebih mendesak daripada menghilangkan gangguan dari jalan yang dilalui oleh kaki.

Karenanya, marilah kita semangat memperbanyak amal dengan niat yang baik agar dapat menyimpan modal di sisi Allah pada hari kiamat. Betapa banyak amal yang kecil menjadi besar karena suatu niat. Sebaliknya berapa banyak amalan yang besar jadi kecil karena kelalaian. Wallahua’lam.

Sumber: www.fimadani.com

Kamis, 19 Januari 2012

Jadilah Seperti Lebah Bukan Laba-Laba

H.Akbar
Ketua BaZIS Ciomas

Nama mereka diabadikan di dalam Al-Qur'an, agar kita dapat mengambil hikmah dari kehidupan mereka, ya Lebah (An-Nahl) dan Laba-laba (An-Ankabut).

Dalam hidupnya, laba-laba adalah binatang yang terlihat seram dan menakutkan, juga penipu dan pemalas. Banyak binatang lainnya takut untuk mendekat padanya. Ia memiliki kemampuan membangun sarang dengan membuat jaring-jaring seluas apapun yang diinginkannya, tetapi ia menjadikan jaring-jaring itu untuk menjebak mangsanya. Yang kemudian, hanya dengan menunggu ia pun berhasil mendapat mangsa untuk ia lahap sebagai santapan. Binatang apapun yang tersangkut di jaringnya, pasti akan binasa. Sebesar apapun jaring-jaring yang dibuatnya, tidaklah memiliki manfaat apapun untuk makhluk di sekitarnya. Bahkan, meski tampak kokoh, ternyata jaring laba-laba sangatlah rapuh.

Sedangkan dalam kondisi berbeda, lebah adalah binatang yang kadang tampak lebih kecil dibandingkan laba-laba. Ia juga tak lebih menyeramkan dibandingkan laba-laba. Tapi ternyata, lebah adalah binatang pekerja keras, jujur, pandai membagi tugas, dan banyak memberi manfaat. Lebah selalu berkeliling untuk mencari makanannya, mencari banyak bunga untuk dihinggapi yang kemudian akan dihisap nektar bunganya. Ia pun hanya akan mencari makan secukupnya, tidak suka menimbun makanan yang berlebihan.

Lebah selalu memiliki pembagian tugas antara lebah ratu dengan lebah pekerja, sehingga memiliki disiplin kerja yang tinggi di sarangnya. Lebah juga tidak pernah mau merugikan apapun yang ada di sekitarnya, justru ia banyak memberikan manfaat mulai dari menyuburkan bunga, menghasilkan madu, bahkan sarangnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan bagi manusia. Sarangnya berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar tidak terjadi pemborosan lokasi.

Itulah sekilas gambaran perbandingan antara hidup lebah dengan laba-laba. Sahabat, sebagai pemuda Muslim calon pewaris peradaban, sudah selayaknya kita meniru sifat lebah, bukan laba-laba. Kita harus mau bekerja keras dan selalu jujur, tidak menjadi orang yang serakah apalagi menjadi penipu yang tampak baik tapi ternyata berbahaya. Kita harus dapat memberi manfaat untuk orang banyak, jangan menjadi hidup yang sia-sia. Seperti firman Allah: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: 'Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia (QS. 16;68)", hal ini agar manusia dapat mengambil manfaat dari sarang lebah disekitar mereka. Dan satu hal yang paling penting, kita harus banyak berbuat agar menjadi pribadi yang kokoh dengan selalu bersandar kepada Allah. Sebagaimana Allah memberi pelajaran melalui firman-Nya:

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain ALLAH adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah paling lemah ialah rumah laba-laba, sekiranya mereka mengetahui (QS 29:41)”.

Rabu, 18 Januari 2012

H. Akbar
Ketua BaZIS Ciomas

Organisasi amal Ihsan and Takaful Welfare Society membagikan 5.000 paket makanan hangat setiap harinya untuk warga miskin Makkah, jamaah dan pengunjung Masjidil Haram.
 
"Kerja amal ini akan dilaksanakan sepanjang tahun ini," kata ketuanya Sulaiman bin Awwad Al Zaidi kepada Arab News (17/01/2012).

"Lewat proyek ini, lembaga kami bertujuan memenuhi kebutuhan orang miskin dan yang membutuhkan, menghindarkan mereka dari mengemis yang memalukan," kata Al Zaidi.

Al Zaidi mengajak semua unsur masyarakat, termasuk perusahaan dan perorangan, untuk ikut serta dalam kegiatan amal itu.

Organisasi itu berharap dapat menjadi penghubung antara para dermawan dengan orang-orang miskin.

Kegiatan itu telah dimulai sejak beberapa hari lalu. Menurut pengawas proyek, Mubarak bin Awwad Al Qurashi, satu paket makanan terdiri dari nasi, ayam, jus, air putih dan satu potong kue. Makanan-makanan segar itu dibungkus secara higinis sebelum dibagikan.

"Harga makanan per paket SR12 bagi mereka yang ingin menyumbangkan makanan kepada orang-orang miskin," kata Mubarak.

Al Qurashi menjelaskan, distribusi makanan akan dilakukan sesuai dengan keinginan donatur.

"Bisa dibagikan kepada warga miskin yang terdaftar dalam lembaga kami, di arbita (rumah singgah untuk orang miskin), kepada para pengunjung Masjidil Haram, atau orang-orang miskin yang biasa berkumpul di dekat Masjidil Haram. Terserah pemberi sumbangan," papar Al Qurashi.

Lembaga itu juga siap membantu para dermawan yang ingin memberikan sumbangan 10.000 paket makanan atau lebih. Mereka akan mengawasi dengan ketat, menindaklanjuti dan membantu mendistribusikannya.

Ihsan and Takaful Welfare Society memiliki rekening khusus di Al Rajhi Bank, Arab Saudi, untuk menerima sumbangan para donatur. Mereka juga menyediakan saluran telepon untuk keterangan lebih lanjut di nomor 05045045856.

Nikmati Berislam, Bukan Mendiskusikannya

H. Akbar
Ketua BaZIS Ciomas

Sungguh banyak pelajaran yang dapat kita petik dari kisah panggung kehidupan ini. Silih bergantinya waktu dari jam ke hari, memberi pendidikan kepada manusia, agar mereka bisa melangkah dengan bijaksana, hati-hati dan penuh kendali. Supaya manusia bisa memilih jalan mana yang mengantarnya kepada keselamatan, dan mana jalan yang menyesatkan. Mereka yang bisa memetik setiap 'kisah hidup', mengambil yang baik, dan menepis yang buruk akan menjadi orang yang memiliki nilai, memiliki arti sebagai manusia yang hakiki. Identitasnya sebagai manusia akan jelas dengan nilai-nilai yang membedakan dari makluk Tuhan lainnya.

Pada intinya, kehidupan ini adalah suatu perjalanan untuk mewujudkan dan menegakkan nilai-nilai itu. Sebagai orang yang beriman,kaum muslimin, nilai-nilai yang ingin kita tegakkan adalah nilai kebenaran yang termaktub di dalam kitab suci al-Quran dan sunnah Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم). Nilai itu tumbuh sebagai buah dari keimanan. Ibadah yang kita pupuk setiap hari akan menghasilkan buah keimanan itu.

Bila amal ibadah yang kita lakukan selama ini belum menghasilkan buah iman berarti ada yang perlu dibenahi dan diteliti ulang. Mengapa ibadah menjadi mandul. Mengapa komunikasi dengan Tuhan tidak membuahkan manfaat? Sekali lagi mungkin masih ada yang keliru.

Iman yang benar akan melahirkan dan memunculkan kekuatan. Dan kekuatan yang dimunculkan oleh jiwa yang beriman tidak lain adalah kekuatan kebenaran. Kekuatan ini adalah kekatan yang paling besar nilainya. Mulia. Maka, bagi siapa yang bersama-sama dengannya maka iapun akan menjadi mulia dan terangkat derajatnya. Kekuatan kebenaran ini sifatnya kekal dan tidak mudah rapuh oleh berbagai terpaan kehidupan itu sendiri. Ia tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan.

Yang akan rapuh adalah sang pembawa kebenaran itu sendiri. Para ustazd, para kiai, para ulama. Jasad-jasad mereka sirna ditelan bumi. Sedangkan kebenaran sebagai sesuatu yang bersifat hakiki al hakku mirrabikum, sebagai sesuatu yang berasal dari Tuhan yang Maha Mulia, keberadaannya tetap ada dan langgeng.

Allah berfirman dalam Surat Yunus:32


فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ
 

“Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?.”

Dua Kecenderungan

Kebenaran yang hakiki tidak mau kompromi dengan kejahatan. Keduanya ada jarak, ada pembeda (furqon). Masing-masing memiliki kecenderungan sendiri-sendiri. Kecenderungan yang di bawa oleh kebenaran adalah kebaikan, kemaslahatan, kemuliaan, keindahan dan kemajuan. Sedang kecenderungan yang dimiliki oleh kejahatan adalah keburukan, kedurjanaan, kerusakan, kehinaan, kejelekan dan kemerosotan. Masing-masing sifat itu saling bertolak belakang dan bertentangan satu sama lain.

Para pembawa risalah tidak usah gegabah dengan menempati ruang pada satu sisi, kemudian mengambil posisi lain, pada waktu yang lain. Kita tidak perlu tampil dengan dua wajah. Apapun alasannya; seperti menyesuaikan kondisi zaman, biar fleksibel, supaya lebih dinamis dan sebagainya.


Mencampur adukan antara yang hak dengan yang batil hanya membuat “derajat” kebatilan semakin terangkat. Ibarat secawan susu yang ternoda oleh setetas nila. Nilai kebenaran justru tertimbun oleh pengaruh buruk kebatilan tersebut.

Terpeleset arti 'toleransi'


Manusia sering mudah tergelincir oleh sebuah kata yang sederhana: toleransi. Toleransi sering menyeret orang bersikap longgar terhadap hukum-hukum yang telah Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎) tetapkan. Biasanya 'makhluk' tolerensi memiliki segudang argumentasi untuk melegalisir sikap yang semula tegas menjadi samar, halal menjadi haram, boleh menjadi tidak atau sebaliknya. Karena lebarnya toleransi inilah, sering kita saksikan rontoknya kegiatan dakwah para da’i, muballigh, kiai, para pemimpin yayasan-yayasan Islam, tokoh Islam ke dalam jurang kehancuran.

Hukum hijab yang semula ketat menjadi longgar, bersalaman dengan wanita yang bukan mahram yang selama ini bagian perbuatan yang dicaci makinya habis-bahisan, menjadi biasa dilakukan. Perintah memelihara anak yatim dan memuliakannya bergesar menjadi sebaliknya, menyia-nyiakan dan menelantarkannya. Silaturrahmi yang semula digencarkan menjadi menipis, semakin menipis dan akhirnya hilang sama sekali.


Membaca al-Qur’an, menegakkan qiyamul lail, memberi perhatian khusus terhadap kaum dhuafa sudah semakin jauh dari jadual. Padahal hal-hal tersebut termasuk kategori perhatian yang sangat utama dulu-dulunya.

Ada banyak alasan yang bisa dikemukakan. Semuanya rasional dan bisa diterima dalam kerangka berpikir logika. Diantaranya adalah efisiensi dan efektifitas waktu, mengapa harus di tuntun-tuntun bukankah semua seduah dewasa?

Tapi berbarengan dengan itu sebenarnya telah semakin menjauh dari rel cita-cita. Setiap langkah program yang dilakukan tidak malah menghasilkan kekuatan akan tetapi malah menukik ke jurang kehancuran.

Gedung dibangun, organisasi diperbesar, personil diperlebar dan disebar ke berbagai pusat kekuasaan agar langkah-langkah tersebut dapat mendongkrak menuju ke cita-cita dengan lebih cepat. Tapi pada kenyataannya? Yang muncul adalah kekeringan jiwa, kegersangan ruhani.


Islam dan segala kemuliaannya hanya tinggal pada slogan-slogan. Keasyikan merasakan tambahan derajat ketika mengamalkan satu demi satu ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  berganti dengan kepuasan dan kebahagiaan semu yang diperoleh dari target-target bendawi.


Ayat berubah menjadi alat, anak yatim menjadi batu loncatan penyelamat mencari harta dan keuntungan, silaturrahmi yang semula dipenuhi jiwa ketulusan sudah mulai ada target untung rugi, demikian juga dengan membaca al-Qur’an dan qiyamul lail (shalat malam), akan dilakukan bila semua itu menguntungkan. Kalau tidak sebaiknya ditangguhkan dengan berbagai macam tinjauan.

Akhirnya syetan benar-benar masuk dan mengobrak abrik semua harapan dan cita-cita.Kekuatan dan pamor yang dimiliki dan selalu dibangun sekian lama runtuh dan rontok oleh karena kelonggaran yang direkayasa oleh syetan laknatullah alaihi tersebut. Syetan telah bekerja dengan ekstra halusnya pada kelompok yang merasa dirinya sebagai bagian dari yang ingin berjuang dan berjihad fii sabilillah.

Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎) mengisyaratkan kehidupan mereka sebagai kelompok manusia yang hidupnya sia-sia. Allah berfirman;
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعاً

"Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (QS. 18:104)

Alasan toleransi telah menjadikan manusia kehilangan apinya Islam, roh Islam dan kekuatan besar yang terkandung dalam jiwa iman. Fungsi kontrol(amar makruf nahi munkar) menjadi lenyap. Akhirnya hilanglah kekuatan. Benteng pertahanan menjadi lemah. Jiwa jihad menjadi kendor bagai kekurangan darah.

Lebih terpuruk bila toleransi atau kelonggaran-kelonggaran itu telah begitu jauhnya. Sehingga tanpa disadarinya telah berbelok dari misi suci, bermesra-mesraan dan berdampingan dengan kebatilan, kemungkaran dan bergandengan dengan penguasaQjuga yang selama ini menjadi ajang gunjingannya sebagai agen kezhaliman dan penindasan. Kelonggaran-kelonggaran terhadap hukum Allah terus menyeret para penegak kebenaran tenggelam bersama mereka yang selama ini memusuhinya. Mengapa terjadi? Karena telah terjadi pergeseran nilai itu.

Islam dan ajarannya tidak lagi dinikmati secara penuh. Wahyu dan nilai-nilai yang mengandung kekuatan doktrin Ilahi tidak lagi menggerakkan jiwa raganya untuk tampil menghadapi kehidupan, dengan semangat jiwa Islam. Bahkan Islam yang Indah, hanya hanya diperindah lewat kata-kata, cerita-cerita dan aneka diskusi yang tiada bertepi di meja makan. Yang akhirnya nilai Islam makin melebar keluar dari substansi yang sesungguhnya. Budaya silaturahmi tak akan berarti jika hanya ditulis dan diskusikan. Nikmatnya hanya benar-benar terasa indah, jika dipraktikkan. Saling berkunjung kepada saudara, tetangga dan sahabat. Saling memberi hadiah, cepat datang ketika ada saudara, tetangga dan sahabatnya yang sakit adalah nilai-nilai Islam yang hanya indah dan terasa jika dipraktikkan. 

Taat pada suami, sayang dan perhatian kepada istri, baik melalui perkataan dan perbuatan juga hanya terasa indah dan nikmat jika dipraktikkan. Bukan diwacanakan layaknya kaum feminis dan orang Barat yang tidak suka kehadiran agama. Begitu juga syariat Islam yang diperintahkan kepada kita. Semua syariat seolah hanya akan membelengu kita, jika perintah-perintah itu tidak segera kita rasakan dahulu. Mari berkhusnudzon kepada Allah Subhanahu Wata’ala, lalu rasakan mengapa Allah memerintahkan semua aturan ini kepada kita. Dengan begitu, nikmat berislam ini baru akan terasa maknanya.

Nah, tak ada salahnya kika kita memulai merasakan  nikmat Islam secara sesungguhnya.

Minggu, 15 Januari 2012

Perilaku Yang Menyebabkan Kemiskinan

H. Akbar
Ketua BaZIS Kecamatan Ciomas

Dalam Al Quran dan Hadis diungkapkan beberapa perilaku yang  berkaitan dengan kemiskinan, baik perilaku individu maupun perilaku yang terbentuk secara kolektif. Mari kita mengaca pada perilaku tersebut:

Pertama, kufur nikmat, yakni tidak mensyukuri nikmat Allah SWT. Salah satu bentuk kufur nikmat adalah salah urus terhadap nikmat kekayaan alam yang dieksplorasi secara tidak bertanggung jawab dan disalahgunakan sehingga bukan lagi untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Allah berfirman, "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari ni'mat-ni'mat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat." (QS. An-Nahl: 112).

Kedua, lemahnya etos kerja, mudah putus asa, bakhil/kikir, dan sifat-sifat buruk lainnya. Allah berfirman: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (1) (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya (2) dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (3) dan orang-orang yang menunaikan zakatnya (4).” (QS. Al-Mukminun: 1-4).

Dalam hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan doa kepada umatnya: "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan dikendalikan orang lain.”. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari fitnah (ketika) hidup dan mati". (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketiga, hilangnya/menipisnya tanggung jawab sosial dan kepedulian kepada sesama. Dalam sebuah hadits masyhur riwayat al-Ashbahani, Rasulullah Saw. menyatakan: "Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan atas hartawan muslim suatu kewajiban zakat yang dapat menanggulangi kemiskinan. Tidaklah mungkin terjadi seseorang fakir menderita kelaparan atau kekurangan pakaian, kecuali oleh sebab kebakhilan yang ada pada hartawan muslim. Ingatlah, Allah SWT akan melakukan perhitungan yang teliti dan meminta pertanggungjawaban mereka dan selanjutnya akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih."

Hadits tersebut memberikan isyarat bahwa kemiskinan bisa timbul akibat pola kehidupan yang timpang, struktur kehidupan ekonomi yang tidak adil, serta merosotnya rasa kesetiakawanan di antara sesama umat, terutama dari golongan aghniya terhadap kelompok dhu'afa.

Dalam kaitan di atas, menarik pernyataan dari Susan George (How the Other Half Dies, Montaclair, Allan Held, Osmund and Con. 1981), Lapoe dan Colin (Food First , New York, Ballantine Books, 1978), bahwa penyebab utama kemiskinan adalah ketimpangan sosial ekonomi karena adanya sekelompok kecil orang-orang yang hidup mewah di atas penderitaan orang banyak, dan bukannya diakibatkan oleh semata-mata kelebihan jumlah penduduk (over population).

Keempat, merajalelanya sifat khianat di lingkungan anggota masyarakat, dan lebih berbahaya kalau sifat khianat terjadi pada orang-orang yang memegang kekuasaan untuk mengurus kepentingan masyarakat. Rasulullah SAW bersabda: “Sifat amanah itu akan menarik (mendatangkan) rizki, dan sifat khianat itu akan menarik (mendatangkan) kefakiran.” (HR. Thabrani).

Berbicara kemiskinan, tidak dapat dilepaskan dari peran zakat, infaq, dan shadaqah, sebagaimana diutarakan dalam point ketiga di atas. Jika zakat, infaq dan shadaqah dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan ditata dengan baik, pengumpulan maupun pendistribusiannya, akan mampu menanggulangi kemiskinan yang dihadapi sebagian umat. Upaya mengoptimalkan peran ZIS di negara kita dilakukan melalui empat langkah, meliputi: (a) Sosialisasi tentang makna, hikmah, obyek zakat, dan sebagainya. (b) Penguatan regulasi dan kelembagaan pengelola zakat sebagai institusi yang harus berwibawa, terpercaya, transparan, terbuka, profesional, melayani umat secara full-time, dan sebagainya, (c) Program pendayagunaan zakat yang tepat sasaran, dan (d) Pengembangan sinergi dan kerjasama di antara semua pemangku kepentingan (stakeholders) perzakatan, baik pemerintah maupun masyarakat.

Kesimpulannya, untuk menanggulangi kemiskinan diperlukan pendekatan yang komprehensif. Yaitu upaya perbaikan yang berasal dari luar  dan upaya perubahan sikap mental dari dalam diri orang-orang miskin. Sebab itu, tugas sebagai amil zakat dalam mendistribusikan dan mendayagunakan zakat tidak sekadar membagi-bagikan uang kepada orang-orang miskin, tetapi juga dalam rangka membina, mendorong dan mengarahkan mereka agar bisa mandiri dan terbebas dari kemiskinan.

by : Prof. Didin Hafidhuddin

Senin, 02 Januari 2012

Lebih “Sehat” dengan Shadaqah

H. Akbar
Ketua BaZIS Ciomas


Hidup adalah perjuangan yang harus ditempuh dengan liku-liku dan penuh problematika. Di antara problem hidupan yang banyak dihadapi manusia adalah musibah dan ujian. Termasuk ujian berupa datangnya penyakit.

Sedangkan Islam, adalah agama yang diturunkan sebagai rahmat bagi alam semesta. Islam datang memberikan solusi berbagai persoalan dan problem umat manusia. Rasulullah menerima Islam ini tidak dengan duduk bersimpuh, tetap beliau membawa missi ke dalam realitas kehidupan ke tengah-tengah kencah kehidupan manusia dengan 1001 macam persoalannya. Kehadiran Islam justru untuk memecahkan persoalan-persoalan hidup yang riil itu, dalam berbagai aspeknya.

Salah satu bentuk rahmat Islam adalah menuntun kepada kita untuk memancarkan rasa bahagia dalam kalbu sesama. Caranya dengan memberi, dalam bentuk apapun rupa pemberian itu.

Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan pentingnya setiap orang untuk memberi shadaqah setiap hari.

"Tiadalah tiap-tiap jiwa keturunan Adam kecuali harus bershadaqah, setiap hari, di mana terbit padanya matahari," begitu kata Nabi. Mendengar sabda tersebut, seorang sahabat dari kalangan tak berpunya bertanya:"Ya Rasulullah! Darimana shadaqah yang harus kami keluarkan bagi kami-kami ini?" Rasulullah menjawab: "Sesunggunya pintu-pintu kebajikan sangat banyak. Kemudian beliau menyebutkan satu persatu: Mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil dengan khusyu' adalah shadaqah. Yakni shadaqah untuk ruhani. Diisi dengan kekuatan baru dengan taqarrub kepada Allah."

"Sesungguhnya ruhanimu memiliki hak atas dirimu. Agar senantiasa kita rawat dengan baik. Jangan dibiarkan lemah. Mengajak kepada yang baik, mencegah dari yang mungkar adalah shadaqah. Menyingkirkan sesuatu yang dapat menyakiti orang dari jalan, memperdengarkan orang yang tuli, sehingga ia terhindar dari bahaya, menuntun orang buta, memberi petunjuk kepada orang minta petunjuk mengenai keperluannya (adalah shadaqah)."

Pada penutub hadits Rasulullah bersabda, "Dan senyummu bila berhadapan dengan saudaramupun adalah shadaqah.!"

Dari dialog tersebut terlihat bahwa nilai dari satu pemberian tidaklah semata-mata ditentukan oleh besar kecilnya materi yang diberikan. Ada nilai lain yang lebih menentukan, yaitu nilai immaterial, nilai maknawi.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Allah swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) shadaqah dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepaa manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir itu.
" (QS. Al-Baqarah: 264)

Tidak selamanya shadaqah itu harus berupa uang, materi, senyuman dari muka yang jernih terhadap sesama manusia adalah bentuk pemberian yang tidak memerlukan harta.

Semua bentuk kebajikan terhadap sesama manusia dalam bentuk apapun yang dilakukan adalah shadaqah, karena bertolak dari sumber yang satu, yaitu kemanusiaan yang tulus.

Rasa kemanusiaan inilah yang menggerakkan seseorang untuk menyingkirkan duri dari jalan, menuntun orang buta, mendukung orang yang lemah, memberi senyum harapan kepada orang yang patah hati. Atau melompat ke dalam air bah untuk menolong orang, walau taruhannya adalah nyawanya sendiri. Rasa kemanusiaan ini ibarat lembar-lembar sutra yang saling menjalin individu-individu dalam ikatan ukhuwah (persaudaraan yang sesungguhnya).

Itulah fungsi shadaqah dalam kehidupan sosial. Bisa rasa solidaritas dibeli dengan harta yang banyak, buat sementara waktu. Akan tetapi apabila uang habis, kekayaan ludes, rasa solidaritas lenyap!

"Walaupun kamu membelanajakan semua (kekayaan) yang ada di bumi, niscaya tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah yang mempersatukan mereka." (QS. Al-Anfal: 63)

Definisi shadaqah yang diberikan oleh Rasulullah dalam dialog di atas, menegaskan bahwa nilai-nilai yang menentukan dalam kehidupan ini bukanlah semata-mata nilai material. Akan tetapi juga nilai ideal. Nilai-nilai kemanusiaan seperti rasa keadilan, persaudaraan dan silidaritas, kejujuran, martabat kemanusiaan (HAM).

Nilai-nilai kemanausiaan tersebut tidak kita temukan dalam kamus teknologi dan ekonomi modern. Ia berada di lingkungan lain, di lingkungan pandangan dan falsafah hidup; di bidang moral dan ideologi.

Selain dapat berdampak ekonomi dan sosial, shadaqah juga bisa berdampak fisik Salah satu faedah lain dari ber-shadaqah disebutkan oleh Rasulullah Muhammad.

“Obatilah orang yang sakit diantara kalian dengan shadaqah.” (HR. Baihagi).

Dalam sebuah riwayat lain disebutkan, "Ujian yang menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak dan tetangganya bisa dihapus dengan puasa, shalat, shadaqah dan amar makruf nahi-munkar." (HR. Bukhari dan Muslim )

Tentusaja, keyakinan bershadaqah dikarenakan Allah subhanahuwata’alah –lah yang menyembuhkan semua penyakit, bukan uang atau bantuan pemberiannya.

Al-Quran juga menyinggung soal hubungan shadaqah dengan setiap kesulitan yang sedang dihadapi manusia.
فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَى
وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى


"Adapun orang yang memberikan (hartanya dijalan ALLAH) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah." (QS: Al Lail (92) : 5 - 7 )

Semoga semua kandungan al-Quran memberikan pelajaran dan ilmu berharga bagi kita. Bagi yang sedang ditimpa musibah dan penyakit, teruslah berikhtiar untuk mencari kesembuhan dan tak ada salahnya bershadaqah dan tanamkanlah niat shadaqah tersebut di dalam hati kita agar Allah subhanahu wata’ala menyembuhkan penyakit yang sedang menimpa kita.