ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH - SELAMAT DATANG DI SITUS BaZIS KECAMATAN CIOMAS - MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI DAN SILATURAHMI BaZIS CIOMAS DENGAN MASYARAKAT

Sabtu, 31 Desember 2011

Baznas Targetkan ZIS Nasional 2012 Rp 2,4 Triliun

H. Akbar
Ketua BaZIS Ciomas

Ketua umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Prof Dr Didin Hafidhuddin MSc mengungkapkan tahun 2012 sejalan dengan langkah menuju integrasi pengelolaan zakat secara nasional sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,

BAZNAS menetapkan target penghimpunan zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) dalam dua kategori, yaitu target penghimpunan ZIS secara nasional yang pelaporannya terintegrasi dari seluruh lembaga (BAZNAS dan LAZ), dan target penghimpunan ZIS oleh BAZNAS sebagai operator.

”Target penghimpunan zakat secara nasional ditetapkan sebesar Rp 2,4 triliun dengan asumsi kenaikan sebesar 30 persen dari tahun 2011 (yakni Rp 1,8 triliun). Adapun target penghimpunan BAZNAS di tingkat pusat sebagai operator adalah Rp 131.900.000 dengan asumsi kenaikan sebesar 100 persen dari tahun 2011,” tandas Prof Didin kepada Republika di Jakarta Rabu (28/12) malam.

Lebih lanjut Prof Didin menjelaskan, jenis penerimaan BAZNAS terdiri zakat profesi melalui payroll system, pembayaran ZIS individu secara langsung, zakat perusahaan, penerimaan dari UPZ BAZNAS pada kementerian, lembaga, BUMN dan Perwakilan RI di luar negeri, serta penerimaan dana sosial lain contohnya dana CSR.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/17853/baznas-targetkan-zis-nasional-2012-rp-24-triliun/#ixzz1i5YyaTSn

Kamis, 29 Desember 2011

Download Al Quran Lengkap

H. Akbar
Ketua BaZIS Ciomas

Al Qur’an Al Karim merupakan mu’jizat Rasul yang agung termasuk mu’jizat yang indah selain juga mu’jizat yang logis. Ia telah membuat bangsa Arab tidak mampu berkutik, yaitu dengan keindahan bayannya, kerapian susunan dan uslubnya, dan keunikan suaranya apabila dibaca, sehingga sebagian mereka menamakannya “Sihir.”

Para ulama balaghah dan para sastrawan bangsa Arab sejak masa Abdul Qahir sampai Ar-Raf”i dan Sayyid Quthb dan selain mereka pada zaman kita ini telah menjelaskan sisi I’jaz bayani (kejelasan mu’jizat) atau sisi keindahan dalam kitab ini.

Yang dituntut di dalam membaca Al Qur’an adalah bertemunya antara keindahan suara dan tajwidnya sampai keindahan bayan dan susunannya, oleh karena itu Allah SWT berfirman:
“Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Al Muzzammil:4)

Rasulullah SAW bersabda
“Bukanlah termasuk ummatku orang yang tidak melagukan Al Qur’an.” (HR. Bukhari)
Tetapi dengan lagu yang khusyu’ bukan main-main atau merubah.
“Hiasilah Al Qur’an itu dengan suaramu.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lainnya disebutkan
“Sesungguhnya suara yang baik itu menambah Al Qur’an menjadi baik.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasa’i)

Rasulullah SAW juga bersabda kepada Abu Musa Al Asy’ari RA, “Seandainya kamu melihatku, aku mendengarkan suaramu tadi malam, sungguh kamu telah diberi seruling dari seruling keluarga Dawud.” Abu Musa berkata, “Seandainya aku mengetahui hal itu, maka aku akan membacakan untukmu dengan bacaan yang lebih baik.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW juga bersabda:
“Apa yang diizinkan Allah pada sesuatu, apa yang dizinkan Allah kepada Nabinya (adalah) untuk membaguskan dalam melagukan Al Qur’an yang dia baca dengan keras.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)

Dr. Muhammad Abdullah Darraz rahimahullah pernah menceritakan tentang sikapnya dalam Majlis Al A’la penerangan siaran, dan beliau termasuk staf anggota, mengatakan “Sesungguhnya mereka itu menghendaki untuk menjadikan waktu membaca Al Qur’an pada pembukaan dan penutupan acara serta dalam acara-acara yang lainnya karena dengan perhitungan memberikan andil di bidang agama saja,” maka Syaikh mengatakan, “Sesungguhnya mendengar Al Qur’an itu bukan hanya pertimbangan agama saja, akan tetapi juga bernilai seni dan keindahan dari isi kandungan Al Qur’an dan suaranya yang indah.”

Ini benar, karena dalam Al Qur’an terkandung unsur agama, ilmu, sastra dan seni secara bersamaan. Dia mampu memberikan siraman ruhani, memberikan kepuasan akal, membangunkan perasaan, memberikan kenikmatan pada perasaan dan memperlancar lisan.

Bagi Anda yang ingin mengoleksi bacaan Al Quran dari para Imam tingkat dunia, silahkan

Rabu, 28 Desember 2011

Berinfaq Harus Dengan Yang Terbaik

H. Akbar
Ketua BaZIS Ciomas

Islam tidak hanya mengajarkan agar seorang muslim gemar berinfaq, tetapi berinfaq haruslah dengan harta yang dicintai atau harta yang terbaik. Allah SWT berfirman, “Kamu tidak akan mendapat (balasan) kebaikan kecuali kamu mendermakan sebagian dari apa yang kamu sayangi, Apa pun yang kamu dermakan, Allah pasti mengetahuinya. “ (QS. Ali Imran [3]: 92)

Menurut riwayat hadits, ketika ayat ini turun, banyak sahabat Rasulullah SAW yang tersentuh, di antaranya adalah Abu Thalhah ra yang memiliki banyak kebun kurma dan kebun yang paling disukainya yang berada persis di depan Masjid Nabawi. Rasulullah kerap singgah ke dalam kebon itu. Abu Thalhah datang kepada Rasulullah dan berkata, ‘Ya Rasulullah, Allah telah menurunkan ayat ini. Harta yang paling kucintai adalah Birha’. Kini aku serahkan itu untuk simpanan disisi Allah. Letakkanlah ditempat yang dikehendaki Allah’. Rasulullah bersabda, ‘Inilah harta yang banyak mendatangkan pahala. Bagikan kepada keluargamu yang miskin’. Abu Thalhah kemudian membagikannya kepada kaum kerabatnya. (HR Bukhari dan Muslim).

Ayat Al Quran yang dikutip atas, sekaligus mengoreksi cara pandang atau paradigma yang keliru dalam berinfaq dan bershadaqah. Paradigma yang umumnya tertanam pada sebagian besar manusia ialah menginfaqkan harta itu cukup dari sesuatu yang sudah tidak terpakai atau kurang bernilai. Hal itu terlihat misalnya dari kebiasaan untuk mengumpulkan pakaian bekas yang sudah tidak dipakai lagi untuk diberikan kepada orang lain yang membutuhkan atau memberi uang recehan untuk mengisi kotak amal di masjid.

Berinfaq pada kerabat, anak yatim, dan orang-orang miskin amat ditekankan dalam Islam. Untuk itu, sebagai bagian dari panggilan dakwah, kita sekarang perlu membangkitkan kesadaran berinfaq dan bershadaqah yang akan mendorong tumbuhnya empati dan solidaritas sosial di tengah masyarakat. Maraknya kekerasan dan letupan-letupan konflik yang sering menimbulkan kerusuhan, boleh jadi sebagian adalah akibat hilangnya empati dan solidaritas sosial pada warga masyarakat. Dapat dibayangkan akibatnya andaikata setiap orang atau kelompok dalam masyarakat hanya sibuk memikirkan dirinya sendiri dan masa bodo dengan kepentingan orang lain.

Dalam kaitan dengan infaq atau shadaqah ini, menarik direnungkan ayat Al Quran, “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al-Baqarah (2) : 276).

Dalam Al-Quran dan Tafsirnya yang disusun oleh tim Kementerian Agama RI dijelaskan bahwa ayat di atas menegaskan bahwa riba itu tidak ada manfaatnya sedikit pun baik di dunia maupun di akhirat nanti. Yang ada manfaatnya adalah sedekah. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah. Artinya memusnahkan harta riba dan harta yang bercampur dengan riba atau meniadakan berkahnya. Dan “menyuburkan shadaqah” ialah mengembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama atau melipat gandakan berkah harta itu.

Melalui sosialisasi dan edukasi zakat, infaq dan shadaqah yang dilakukan secara terus menerus oleh BaZIS melalui berbagai sarana dan media, diharapkan akan memperkuat budaya berinfaq dari harta yang terbaik dan tentu yang pasti juga harta yang halal. Sebab, Allah SWT tidak akan menerima infaq dan shadaqah yang berasal dari harta yang didapatkan secara haram, sekalipun dengan niat yang ikhlas. Dengan demikian, kesadaran berinfaq dan bershadaqah secara tidak langsung mendidik pelakunya menjadi manusia yang berkarakter, memiliki kejujuran, akhlak dan etika dalam bekerja/mencari rizki.

Wallahu a’lam bisshawab.

Senin, 26 Desember 2011

Agar Hidup Banyak Rezeki Dan Penuh Berkah

Apakah Anda sudah puas dengan keadaan hidup saat ini? Apakah keinginan Anda sudah terpenuhi? Apakah anda sudah bisa membahagian semua orang yang pernah berjasa kepada Anda? Apakah anda sudah jadi orang yang istimewa dan diistimewakan seisi rumah Anda, masyarakat sekitar dan orang-orang yang mengenal anda?

Jika anda belum puas dan belum mencapai apa yang anda dambakan. Jika anda siap belajar dari orang sukses. Jika anda terbuka untuk menerima masukan orang lain. Jika anda siap untuk bersabar dan istikomah. Jika anda siap bersinergi dalam kebaikan. Sesungguhnya sudah cukup untuk memulai menerima dan meraih pancarahan cahaya kebaikan dan kebenaran Allah SWT. Maka marilah kita ikuti langkah-langkah sukses berikut ini. Bismillahirrahmanirrahim


Pertama : Mensyukuri Segala Nikmat

Tiada kenikmatan, apapun wujudnya yang dirasakan menusia, melainkan datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atas dasar itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan manusia untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya. Dengan cara senantiasa mengingat bahwasanya kenikmatan tersebut datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, diteruskan mengucapkan hamdalah, dan selanjutnya menafkahkan sebagai kekayaannya di jalan-jalan yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seseorang yang telah mendapatkan taufik untuk bersyukur, ia akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya, sehingga Allah akan senantiasa melipatgandakan kenikmatan baginya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Dan ingatlah tatkala Rabbmu mengumandangkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” [Ibrahim : 7]

Pada ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur demi (kebaikan) dirinya sendiri” [An-Naml : 40]

Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata :”Manfaat bersyukur tidak akan dirasakan, kecuali oleh pelakunya sendiri. Dengan itu, ia berhak mendapatkan kesempurnaan dari nikmat yang telah ia dapatkan, dan nikmat tersebut akan kekal dan bertambah. Sebagaimana syukur, juga berfungsi untuk mengikat kenikmatan yang telah didapat serta menggapai kenikmatan yang belum dicapai” [8]

Sebagai contoh nyata, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Rabb) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan) : “Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugrahkan) Rabbmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon atsel (cemara) dan pohon bidara” [Saba : 15-16]

Tatkala bangsa Saba’ masih dalam keadaan makmur dan tenteram, Allah subhanahu wa Ta’ala hanya memerintahkan kepada mereka agar bersyukur. Ini menunjukkan, dengan bersyukur, mereka dapat menjaga kenikmatan dari bencana, dan mendatangkan kenikmatan lain yang belum pernah mereka dapatkan.

Kedua : Membayar Zakat (Sedekah)

Zakat, baik zakat wajib maupun sunnah (sedekah), merupakan salah satu amalan yang menjadi faktor yang dapat menyebabkan turunnya keberkahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” [Al-Baqarah : 276]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Tiada pagi hari, melainkan ada dua malaikat yang turun, kemudian salah satunya berkata (berdo’a) : “Ya Allah, berilah pengganti bagi orang yang berinfak”, sedangkan yang lain berdo’a :”Ya Allah, timpakanlah kepada orang yang kikir (tidak berinfak) kehancuran” [Muttafaqun alaih]

Ketiga : Bekerja Mencari Rizki Dengan Hati Qona’ah, Tidak Dipenuhi Ambisi dan Tidak Serakah

Sifat qona’ah dan lapang dada dengan pembagian Allah Subhanahu wa Ta’ala, merupakan kekayaan yang tidak ada bandingannya. Dengan jiwa yang dipenuhi dengan qona’ah, dan keridhaan dengan segala rizki yang Allah turunkan untuknya, maka keberkahan akan datang kepadanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Sesungguhnya Allah Yang Maha Luas Karunia-nya lagi Maha Tinggi, akan menguji setiap hamba-Nya dengan rizki yang telah Ia berikan kepadanya. Barangsiapa yang ridha dengan pembagian Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah akan memberkahi dan melapangkan rizki tersebut untuknya. Dan barangsiapa yang tidak ridha (tidak puas), niscaya rizkinya tidak akan diberkahi” [HR Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani]

Al-Munawi rahimahullah menyebutkan : “Penyakit ini (yaitu tidak puas dengan apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan kepadanya, pent) banyak dijumpai pada pemuja dunia. Hingga engkau temui salah seorang dari mereka meremehkan rizki yang telah dikaruniakan untuknya ; merasa hartanya sedikit, buruk, serta terpana dengan rizki orang lain dan menganggapnya lebih bagus dan banyak. Oleh karena itu, ia akan senantiasa membanting tulang untuk menambah hartanya , sampai umurnya habis, kekuatannya sirna ; dan ia pun menjadi tua renta (pikun) akibat dari ambisi yang digapainya dan rasa letih. Dengan itu, ia telah menyiksa tubuhnya, menghitamkan lembaran amalannya dengan berbagai dosa yang ia lakukan demi mendapatkan harta kekayaan. Padahal, ia tidak akan memperoleh selain apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala tentukan untuknya. Pada akhir hayatnya, ia meninggal dunia dalam keadaan pailit. Dia tidak mensyukuri yang telah ia peroleh, dan ia juga tidak berhasil menggapai apa yang ia inginkan” [9]

Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga kehormatan agama dan diri dalam setiap usaha yang ditempuhnya guna mencari rizki. Sehingga, seorang muslim tidak akan menempuh, melainkan jalan-jalan yang telah dihalalkan dan dengan telah menjaga kehormatan dirinya.

Keempat : Bertaubat Dari Segala Perbuatan Dosa

Sebagaimana perbuatan dosa menjadi salah satu penyebab terhalangnya rizki dari pelakunya, maka sebaliknya, taubat dan istighfar merupakan salah satu faktor yang dapat mendatangkan rizki dan keberkahannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang Nabi Hud Alaihissallam bersama kaumnya.

“Dan (Hud berkata) : Hai kaumku, beristighfarlah kepada Rabbmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan atasmu hujan yang sangat deras, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuta dosa” [Hud : 52]

Akibat kekufuran dan perbuatan dosa kaum ‘Ad –berdasarkan keterangan para ulama tafsir- mereka ditimpa kekeringan dan kemandulan, sehingga tidak seorang wanita pun yang bisa melahirkan anak. Keadaan ini berlangsung selama beberapa tahun lamanya. Oleh karena itu, Nabi Hud Alaihissallam memerintahkan mereka untuk bertaubat dan beristighfar. Sebab, dengan taubat dan istighfar itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menurunkan hujan, dan mengaruniai mereka anak keturunan. [10]

Kelima : Menyambung Tali Silaturahmi

Di antara amal shalih yang akan mendatangkan keberkahan dalam hidup, yaitu menyambung tali silaturrahim. Ini merupakan upaya menjalin hubungan baik dengan setiap orang yang akan terkait hubungan nasab dengan kita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan (atau diberkahi) rizkinya, atau ditunda (dipanjangkan) umurnya, maka hendaknya ia bersilaturrahim” [Muttafaqun ‘alaih]

Yang dimaksud dengan ditunda ajalnya, ialah umurnya diberkahi, diberi taufiq untuk beramal shalih, mengisi waktunya dengan berbagai amalan yang berguna bagi kehidupannya di akhirat, dan ia terjaga dari menyia-nyiakan waktunya dalam hal yang tidak berguna. Atau menjadikan nama harumnya senantiasa dikenang orang. Atau benar-benar umurnya ditambah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. [11]

Keenam : Mencari Rizki Dari Jalan Yang Halal.

Merupakan syarat mutlak bagi terwujudnya keberkahan harta, ialah memperolehnya dengan jalan yang halal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Janganlah kamu merasa bahwa rizkimu datangnya terlambat. Karena sesunguhnya, tidaklah seorang hamba akan meninggal, hingga telah datang kepadanya rizki terakhir (yang telah ditentukan) untuknya. Maka, tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rizki, yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram” [HR Abdur-Razaq, Ibnu Hibbanm dan Al-Hakim]

Salah satu yang mempengaruhi keberkahan ini ialah praktek riba. Perbuatan riba termasuk faktor yang dapat menghapus keberkahan.

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” [Al-Baqarah : 276]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata :”Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa Dia akan memusnahkan riba. Maksudnya, bisa saja memusnahkannya secara keseluruhan dari tangan pemiliknya, atau menghalangi pemiliknya dari keberkahan hartanya tersebut. Dengan demikian, pemilik riba tidak mendapatkan manfaat dari harta ribanya. Bahkan dengan harta tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membinasakannya dalam kehidupan dunia, dan kelak di hari akhirat Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyiksanya akibat harta tersebut” [12]

Bila mengamati kehidupan orang-orang yang menjalankan praktek riba, niscaya kita dapatkan banyak bukti bagi kebenaran ayat dan hadits di atas. Betapa banyak pemakan riba yang hartanya berlimpah, hingga tak terhitung jumlahnya, akan tetapi tidak satu pun dari mereka yang merasakan keberkahan, ketentraman dan kebahagiaan dari harta haram tersebut.

Begitu pula dengan meminta-minta (mengemis) dalam mencari rizki, termasuk perbuatan yang diharamkan dan tidak mengandung keberkahan. Dalam salah satu hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan sebagian dampak hilangnya keberkahan dari orang yang meminta-minta.

“Tidaklah seseorang terus-menerus meminta-minta kepada orang lain, hingga kelak akan datang pada hari Kiamat, dalam keadaan tidak ada secuil daging pun melekat di wajahnya” [Muttafaqun alaih]


Ketujuh : Bekerja Saat Waktu Pagi.

Di antara jalan untuk meraih keberkahan dari Allah, ialah menanamkan semangat untuk hidup sehat dan produktif, serta menyingkirkan sifat malas sejauh-jaunya. Caranya, senantiasa memanfaatkan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hal-hal yang berguna dan mendatangkan kemaslahatan bagi hidup kita.

Termasuk waktu yang paling baik untuk memulai bekerja dan mencari rizki, ialah waktu pagi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanjatkan do’a keberkahan.

“Ya Allah, berkahilah untuk ummatku waktu pagi mereka” [HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa-i, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]

Hikmah dikhususkannya waktu pagi dengan doa keberkahan, lantaran waktu pagi merupakan waktu dimulainya berbagai aktifitas manusia. Saat itu pula, seseorang merasakan semangat usai beristirahat di malam hari. Oleh karenanya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan keberkahan pada waktu pagi ini agar seluruh umatnya memperoleh bagian dari doa tersebut.

Sebagai penerapan langsung dari doa ini, bila mengutus pasukan perang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya di pagi hari, sehingga pasukan diberkahi dan mendapatkan pertolongan serta kemenangan.

Contoh lain dari keberkahan waktu pagi, ialah sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Shakhr Al-Ghamidi Radhiyallahu ‘anhu. Yaitu perawi hadits ini dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Shakhr bekerja sebagai pedagang. Usai mendengarkan hadits ini, ia pun menerapkannya. Tidaklah ia mengirimkan barang dagangannya kecuali di pagi hari. Dan benarlah, keberkahan Allah Subhanahu wa Ta’ala dapat ia peroleh. Diriwayatkan, perniagaannya berhasil dan hartanya melimpah ruah. Dan berdasarkan hadits ini pula, sebagian ulama menyatakan, tidur pada pagi hari hukumnya makruh.

Masih banyak lagi amalan-amalan yang akan mendatangkan keberkahan dalam kehidupan seorang muslim. Apa yang telah saya paparkan di atas hanyalah sebagai contoh

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa melimpahkan taufiq dan keberkahan-Nya kepada kita semua. Dan semoga pemaparan singkat ini dapat berguna bagi saya pribadi dan setiap orang yang mendengar atau membacanya. Tak lupa, bila pemaparan diatas ada kesalahan, maka hal itu datang dari saya dan dari setan, sehingga saya beristighfar kepada Allah. Dan bila ada kebenaran, maka itu semua atas taufik dan inayah-Nya

Jumat, 23 Desember 2011

Andai Aku 'Ukasyah


Mesjid penuh sesak, kaum Muhajirin beserta Anshar. Semua berkumpul setelah Bilal memanggil mereka dengan suara adzan. Rasululloh baru saja sembuh, yang membuat semua sahabat tak melewatkan kesempatan ini. Setelah mengimami shalat, nabi berdiri dengan anggun di atas mimbar. Suaranya basah, menyenandungkan puji dan kesyukuran kepada Allah yang Maha Pengasih. Senyap segera saja datang, mulut para sahabat tertutup rapat, semua menajamkan pendengaran menuntaskan kerinduan pada suara sang Nabi yang baru berada lagi. Semua menyiapkan hati, untuk disentuh serangkai hikmah. Selanjutnya Nabi bertanya.

"Duhai sahabat, kalian tahu umurku tak akan lagi panjang, Siapakah diantara kalian yang pernah merasa teraniaya oleh si lemah ini, bangkitlah sekarang untuk mengambil Qisas, jangan kau tunggu hingga kiamat menjelang, karena sekarang itu lebih baik".

Semua yang hadir terdiam, semua mata menatap lekat Nabi yang terlihat lemah. Tak akan pernah ada dalam benak mereka perilaku Nabi yang terlihat janggal. Apapun yang dilakukan Utusan Allah, selalu saja indah. Segala hal yang diperintahkannya, selalu membuihkan bening saripati cinta. Jadi para shahabat tak akan rela - sampai kapanpun- ada yang menyentuh Rasululloh SAW meski hanya sehelai rambut beliau.

Melihat semua yang terdiam, nabi mengulangi lagi ucapannya, kali ini suaranya terdengar lebih keras. Masih saja para sahabat duduk tenang.

Tiba-tiba seorang laki-laki berdiri menuju Nabi. Dialah 'Ukasyah Ibnu Muhsin. " Saya ya Rasulalloh...."

"Ya Rasul Allah, dulu aku pernah bersamamu di perang Badar. Untaku dan untamu berdampingan, dan aku pun menghampirimu agar dapat menciummu, duhai kekasih Allah. Saat itu engkau melecutkan cambuk kepada untamu agar dapat berjalan lebih cepat, namun sesungguhnya engkau memukul lambung sampingku ucap 'Ukasyah.

Para sahabat terkejut mendengar ucapan lancang Ukasyah.

Dengan tenang, Nabi pun menyuruh Bilal mengambil cambuk di rumah putri kesayangannya, Fatimah. Tampak keengganan menggelayuti Bilal, langkahnya terayun begitu berat, ingin sekali ia menolak perintah tersebut. Ia tidak ingin, cambuk yang dibawanya melecut tubuh kekasih yang baru saja sembuh. Namun ia juga tidak mau mengecewakan Rasulullah.

"Siapakah gerangan orang yang ingin mengqisas Rasulullah ?? " Tanya Fatimah geram setelah mengetahui maksud kedatangan Bilal. Bilal galau tidak menjawab pertanyaan Fatimah. Dia langsung mengambil tongkat Sang Nabi.

Setelah sampai, cambuk diserahkannya kepada Rasul mulia. Dengan cepat cambuk berpindah ke tangan 'Ukasyah. Masjid seketika mendengung seperti sarang lebah. Para sahabat gelisah melihat Sang Junjungan diperlakukan kurang sopan. Mereka tentu tidak boleh membiarkan hal ini terjadi !

Sekonyong-konyong melompatlah dua sosok dari barisan terdepan, melesat maju. Yang pertama berwajah sendu, janggutnya basah oleh air mata yang menderas sejak dari tadi, dia lah Abu Bakar. Dan yang kedua, sosok pemberani, yang ditakuti para musuhnya di medan pertempuran, Nabi menyapanya sebagai Umar Ibn Khattab. Gemetar mereka berkata:

"Hai 'Ukasyah, pukullah kami berdua, sesuka yang kau dera. Pilihlah bagian manapun yang paling kau ingin, qisaslah kami, jangan sekali-kali engkau pukul Rasul"

"Duduklah kalian sahabatku, Allah telah mengetahui kedudukan kalian", Nabi memberi perintah secara tegas. Ke dua sahabat itu lemah sangsai, langkahnya surut menuju tempat semula. Mereka pandangi sosok 'Ukasyah dengan pandangan memohon. 'Ukasyah tidak bergeming.

Melihat Umar dan Abu Bakar duduk kembali, Ali bin Abi thalib tak tinggal diam. Berdirilah ia di depan 'Ukasyah dengan berani.

"Hai hamba Allah, inilah aku yang masih hidup siap menggantikan qisas Rasul, inilah punggungku, ayunkan tanganmu sebanyak apapun, deralah aku"

"Allah Swt sesungguhnya tahu kedudukan dan niat mu duhai Ali, duduklah kembali" Tukas Nabi.

"Hai 'Ukasyah, engkau tahu, aku ini kakak-beradik, kami adalah cucu Rasulullah, kami darah dagingnya, bukankah ketika engkau mencambuk kami, itu artinya mengkisas Rasul juga", kini yang tampil di depan U'kasyah adalah Hasan dan Husain. Tetapi sama seperti sebelumnya Nabi menegur mereka. "Duhai penyejuk mata, aku tahu kecintaan kalian kepadaku. Duduklah".

Masjid kembali ditelan senyap. Banyak jantung yang berdegup kian cepat. Tak terhitung yang menahan nafas. 'Ukasyah tetap tegap menghadap Nabi. Kini tak ada lagi yang berdiri ingin menghalangi 'Ukasyah mengambil kisas. "Wahai 'Ukasyah, jika kau tetap berhasrat mengambil kisas, inilah ragaku," Nabi selangkah maju mendekatinya.

"Ya Rasul Allah, saat engkau mencambukku, tak ada sehelai kainpun yang menghalangi lecutan cambuk itu. Bukalah bajumu ...".Para sahabatpun semakin geram dengan prilaku Ukasyah...

Tanpa berbicara, Nabi langsung melepaskan ghamisnya yang telah memudar. Dan tersingkaplah tubuh suci Rasulullah. Seketika pekik takbir menggema, semua yang hadir menangis pedih.

Melihat tegap badan manusia yang dimaksum itu, 'Ukasyah langsung menanggalkan cambuk dan berhambur ke tubuh Nabi. Sepenuh cinta direngkuhnya Nabi, sepuas keinginannya ia ciumi punggung Nabi begitu mesra. Gumpalan kerinduan yang mengkristal kepada beliau, dia tumpahkan saat itu.

'Ukasyah menangis gembira, 'Ukasyah bertasbih memuji Allah, 'Ukasyah berteriak haru, gemetar bibirnya berucap sendu, "Tebusanmu, jiwaku ya Rasul Allah, siapakah yang sampai hati mengkisas manusia indah sepertimu. Aku hanya berharap tubuhku melekat dengan tubuhmu hingga Allah dengan keistimewaan ini menjagaku dari sentuhan api neraka".

Dengan tersenyum, Nabi berkata: "Ketahuilah duhai manusia, siapa yang ingin melihat penduduk surga, maka lihatlah pribadi lelaki ini". 'Ukasyah langsung tersungkur dan bersujud memuji Allah.

Subhannallah .... Andai Aku Ukasyah ....
tentu aku menjadi salah satu yang menemani Rasul di surga".